MENULIS KALIMAT EFEKTIF

MENULIS KALIMAT EFEKTIF

Gambar 1

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki ciri khas, salah satunya adalah keinginan untuk selalu berinteraksi dengan orang lain. Dalam kehidupan manusia tidak mungkin orang hanya hidup sendiri. Mereka selalu berinteraksi dengan orang lain. Salah satu cara berinteraksi tersebut adalah dengan berkomunikasi. Dengan berkomunikasi orang dengan orang lain akan dapat saling bertukar informasi. Maksud satu orang akan dapat diberikan ke orang lain melalui komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan alat penghubung antar manusia dengan manusia lain. Dengan adanya bahasa maka manusia menjadi semakin mudah dalam melakukan interaksi dengan orang lain.

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Bahasa lisan merupakan perwujudan dari bahasa yang digunakan sehari hari baik dalam forum resmi maupun tidak. Sedangkan bahasa tulis merupakan pencerminan kembali bahasa lisan dalam bentuk simbol-simbol. Baik bahasa lisan maupun bahas tulisan, memiliki ciri-ciri, kelemahan dan kelebihan masing-masing. Bahasa tulis misalnya, akan didukung oleh penggunaan ejaan dalam menjelaskan makna kata yang disampaikan dalam ragam tulis. Sedangkan dalam ragam lisan, penekanan intonasi dapat menjadi unsur utama dalam mendukung penyampaian pesan kepada lawan bicara kita.

Menulis merupakan sebuah kegiatan yang cukup positif dan banyak sekali manfaatnya. Selain meningkatkan kecerdasan pada otak kita, menulis juga merupakan cara untuk menuangkan pikiran, gagasan, dan sebuah karya yang dimiliki. Dalam menulis, kadang banyak informasi yang kurang atau tidak lengkap dari pesan yang ingin kita sampaikan. Hal ini dipengaruhi oleh pemakaian kalimat yang tidak efektif. Akibat yang dapat ditimbulkan adalah terjadinya kesalahpahaman antarkomunikan dan komunikator. Oleh karena itu, peran penting dalam menulis adalah adanya pengetahuan yang mapan tentang kalimat efektif.

 

A. Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian kalimat yang efektif dan benar adalah kalimat dengan penggunaan jumlah kata yang sedikit dapat mengungkapakan gagasan yang padat dan tepat tanpa terjadinya pelanggaran terhadap kaidah setiap unsur dan aspek bahasa (Nazar, 2004: 13).

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan (Razak, 2000: 2).

Sebagai alat komunikasi, menurut Badudu (1991), kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang menyampaikan dan yang menerima. Selain itu, ada sesuatu yang disampaikan yang berupa gagasan, pesan, atau pemberitahuan. Kalimat yang efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide atau pemberitahuan kepada si penerima sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai.

Banyak definisi yang dapat menjelaskan makna dan tujuan dari kalimat efektif tersebut. Namun, pada dasarnya dari beberapa definisi tersebut banyak memiliki kesamaan yakni bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang menggunakan kata dengan hemat, namun ide/pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan sama.

 

B. Ciri-ciri Kalimat Efektif

 

Menurut Wijayanti (2015: 66) kalimat dinyatakan efektif bila memiliki ciri-ciri:

1. Kesatuan gagasan Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan.

Baik di dalam kalimat maupun di dalam paragraf syarat yang harus dipeneuhi adalah adanya kesatuan gagasan. Kesatuan gagasan ini akan memiliki arti bahwa di dalam sebuah kalimat hanya ada satu ide/gagasan.

2. Kesepadanan

Kesepadanan adalah keseimbangan pikiran (gagasan) dengan struktur kalimat. Untuk menghasilkan kalimat yang mengandung kesepadanan, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Kalimat memiliki subjek dan predikat yang jelas.

Dengan adanya subjek dan predikat yang jelas akan memberikan kejelasan pula dalam penyampaian ide/pesan dari kalimat tersebut. Apa atau siapa dalam sebuah kalimat memberikan kejelasan dalam kalimat tersebut

b. Kata depan tidak berada di depan subjek.

Ketepatan penggunaan konjungsi (termasuk intra-kalimat) dalam sebuah kalimat memiliki peran penting dalam mendukung kejelasan gagasan dalam sebuah kalimat.

c. Subjek tidak ganda.

Subjek yang ganda dalam sebuah kalimat dapat menimbulkan pemahaman yang ganda/lebih dari satu (ambigu). Oleh karena itu, dalam kalimat efektif subjek harus memiliki satu makna yang jelas agar tidak menimbulkan kesalahan pemahaman yang berbeda.

3. Keparalelan (kesejajaran).

Keparalelan adalah kesamaan bentuk atau makna yang digunakan dalam kalimat.

Contoh: Atika memetiki setangkai bunga. (tidak paralel makna).

Kalimat tersebut tidak memiliki kepararelan bentuk karena bila digunakan kata memetiki berarti bukan hanya setangkai namun memiliki makna jamak, seharusnya memetik.

4. Kehematan.

Kalimat efektif bercirikan tidak menggunakan kata-kata yang tidak diperlukan. Cara untuk menghemat kata adalah dengan tidak mengulang subjek, tidak memakai bentuk superordinate, tidak menggunakan kata bersinonim, dan tidak menjamakkan kata-kata yang sudah menggunakan bentuk jamak.

Contoh: Belajar adalah merupakan tanggung jawab mahasiswa.

Pemakaian kata adalah merupakan memiliki makna yang sama.

5. Kelogisan.

Kalimat dikatakan efektif jika dapat diterima oleh akal sehat.

Contoh: Waktu dan tempat kami persilahkan. (tidak logis).

Pemakaian kata dipersilahkan tidak tepat/tidak logis karena yang dapat dipersilahkan adalah orang. Maka, kalimat tersebut akan menjadi efektif apabila kata tersebut diganti menjadi waktu dan tempat kami serahkan atau kami berikan.

6. Kecermatan.

Kalimat efektif ditulis secara cermat, tepat dalam diksi sehingga tidak menimbulkan tafsir ganda. Penempatan unsur-unsur kalimat yang tepat akan membantu pembaca untuk memahami makna kalimat secara jelas tanpa menimbulkan tafsir ganda.

Contoh:

a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini. (tidak cermat)

b. Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini. (cermat)

7. Kebervariasian.

Ciri kalimat efektif yang lain adalah tidak monoton. Kalimat sebaiknya bervariasi dengan memanfaatkan jenis-jenis kalimat yang ada dalam bahasa Indonesia.

8. Ketegasan .

Ketegasan dapat dinyatakan dengan memberi penonjolan atau penekanan pada ide pokok kalimat. Ketegasan dalam kalimat efektif ini menjadi penting karena hal yang ditonjolkan tersebut merupakan ide dari gagasan dalam kalimat tersebut.

9. Ketepatan .

Diksi yang digunakan perlu dipilih secara tepat dan cermat sehingga dapat mewakili tujuan, maksud, atau pesan. Pemakain kata yang memiliki makana ganda, kata yang berhomonim, homofon, homograf juga akan memiliki pengaruh dalam kalimat tersebut.

10. Kebenaran struktur

Kalimat efektif mengandung kebenaran struktur bahasa Indonesia, artinya unsur-unsur yang digunakan dalam kalimat tidak memakai unsur-unsur asing atau daerah. Sebagai contoh, pemakaian unsur bahasa Inggris which, where tidak benar jika disepadankan dengan konjungsi dimana, di mana, atau yang mana dalam bahasa Indonesia. Penggunaan kata-kata tersebut perlu dihindari. Begitu pula unsur bahasa daerah sebaiknya tidak dipakai dalam tulisan.

Contoh:

a. Masyarakat hukum adalah sekelompok orang-orang yang berdiam dalam suatu wilayah tertentu dimana di dalam kelompok tersebut berlaku serangkaian peraturan sebagai pedoman tingkah laku. (salah)

b. Masyarakat hukum adalah sekelompok orang yang berdiam dalam suatu wilayah yang menganut serangkaian peraturan sebagai pedoman tingkah laku. (benar)

11. Keringkasan.

Dalam menulis ditemukan pemakaian kata dan kelompok kata yang sebenarnya memiliki makna yang sama. Dalam hal ini kelompok kata merupakan bentuk panjang, sedangkan kata merupakan bentuk ringkas/pendek.

Contoh:

a. Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Jakarta. (bentuk panjang)

b. Kami meneliti anak jalanan di Jakarta. (bentuk ringkas)

 

C. Kesesatan Kalimat

Kadang-kadang gagasan yang terkandung di dalam kalimat tidak tersampaikan dengan baik kepada orang lain. Hal ini terjadi karena kalimat yang kita buat menyesatkan.

Berikut contoh kesesatan kalimat dalam tiket pesawat terbang.

Jika nama penumpang tidak sama dengan nama yang tercantum di dalam tiket, maka pengangkut udara mempunyai hak menolak orang yang namanya berbeda dengan nama-nama yang tercantum di dalam tiket tersebut dan dengan demikian keberangkatan orang tersebut menjadi tidak jadi.

Coba perhatikan kata yang ditulis miring. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang boros. Mari kita hematkan menjadi seperti berikut ini.

Jika nama penumpang berbeda dengan nama yang tercantum di dalam tiket, maskapai berhak menolak orang tersebut dan dengan demikian keberangkatan orang tersebut batal.

Dapatkah Anda menyebutkan kata-kata apa saja yang diubah dan dikurangi?

 

D. Keefektifan dan Kesantunan Kalimat

1. Kehematan

Gagasan yang tercantum dalam kalimat sering kali tidak tersampaikan karena penggunaan kata yang boros. Kalimat di atas disusun tanpa memperhatikan prinsip kehematan kalimat. Padahal, ada beberapa kata dan frasa yang dapat dihemat, seperti:

Jika ….., maka …..     seharusnya         Jika ….., ….. atau ….. maka …..

tidak sama                 seharusnya         berbeda

mempunyai hak     seharusnya         berhak

pengangkut udara     seharusnya         maskapai

Tidak jadi                 seharusnya         batal

 

Agar kalimat Anda efektif dan santun, perhatikan persyaratan berikut ini:

a. Hindari pengulangan subjek.

b. Hindari pemakaian superordinat pada hiponim kata .

c. Hindari dua kata yang bersinonim dipakai dalam sebuah kalimat

 

2. Kecermatan

Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, Anda harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.

a. Hindari penanggalan awalan

Contoh:

Saya keberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.

Seharusnya

Saya berkeberatan jika harus mencantumkan nama ahli bahasa itu pada buku perdana hasil karya sendiri karena berbagai pertimbangan.

 

b. Hindari peluluhan bunyi /c/

Contoh:

Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan puisi terindah sebagai mas kawin di hari pernikahan.

Seharusnya

Ia sangat mencintai calon istrinya sehingga menciptakan puisi terindah sebagai mas kawin di hari pernikahan.

 

c. Hindari bunyi /s/, /p/, /t/, dan /k/ yang tidak luluh

Contoh:

Tanpa mengesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) berusaha memromosikan, dan mensosialisasikan Undang-Undang Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Seharusnya

Tanpa mengkesampingkan kodratnya sebagai perempuan, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) berusaha mempromosikan, dan menyosialisasikan Undang-Undang Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.


d. Hindari pemakaian kata ambigu (rancu)

Contoh

Istri Wakil Direktur Rumah Tangga Pertamina Pusat yang baru itu akan meluncurkan buku yang berjudul Melawan Stigma Negatif Seorang Sekertaris

(Catatan: Siapa yang baru? Istri wakil direktur atau pak wakil direktur yang baru menjabat)

 

3. Kesejajaran

Agar kalimat yang Anda buat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan. Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada katakata yang berparalel. Perhatikan kalimat berikut:

Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan dalam bagasi tiba-tiba mati

Pada kalimat tersebut, terdapat kata-kata yang tidak berparalel dan harus disejajarkan, yaitu kata kehilangan, kerusakan, busuknya dan mati. Seharusnya, dua kata tersebut menjadi kebusukan dan kematian. Dengan demikian kalimat itu dapat diperbaiki menjadi:

Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.

 

4. Keharmonisan

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tertulis, yang mengungkapkan pikiran secara utuh, memiliki unsur gramatikal terdapat subjek dan predikat, serta memiliki kesenyapan.keharmonisan kalimat artinya kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa. Ingat, kecermatan dalam berbahasa mencerminkan ketelitian dalam berpikir.

Agar kalimat Anda harmonis, setiap kalimat yang Anda buat harus mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.

a. Subjek

Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu jawaban apa atau siapa, disertai kata petunjuk, memiliki keterangan pembahas yang, didahului kata bahwa, dan tidak didahului kata depan.

Contoh:

1). Leonardo da Vinci / adalah seorang pelukis yang terkenal

                  S

2). Lukisannya yang terkenal itu / bernama / Monalisa

                         S

3). Bahwa Leonardo da vinci merupakan pelukis yang terkenal / diakui / oleh dunia

                                                                                   S

 

b. Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri atau jatidiri subjek. Ciri-ciri predikat yaitu berupa kata kerja; bukan berupa kata benda; disertai aspek bahasa; disertai kata adalah, yaitu, dan merupakan; dapat diingkarkan.

Contoh :

1) Leonardo da Vinci / adalah seorang pelukis yang terkenal

                                                                     P

 

2) Lukisannya yang terkenal itu / bernama / Monalisa

                                                            P

 

3) Disamping bakat melukis Leonardo / memiliki / pengetahuan / di berbagai bidang

                                                                    P   

                                     

4) Leonardo da Vinci / menguasai / pengetahuan tentang cara membuat

                                             P

senapan, kincir angin, dan pesawat terbang

 

 

c. Objek dan Pelengkap

Objek (O) dan Pelengkap (P) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Ciri-ciri objek dan pelengkap yaitu objek dan pelengkap berada di belakang predikat; objek bisa mempunyai subjek pada kalimat pasif; pelengkap tak bisa menjadi subjek pada kalimat pasif.

Contoh :

1) Lukisannya yang terkenal / bernama / Monalisa

                                                                  Pelengkap

 

2) Leonardo da Vinci / menguasai / pengetahuan tentang cara membuat senapan, kincir    

angin, dan pesawat terbang

Objek

 

d. Keterangan

Keterangan (K) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya. Ciri-ciri keterangan yaitu berupa kata, frase, dan klausa, didahului kata depan, dan tidak terikat posisi

Contoh :

1) Di samping bakat melukis / Leonardo memiliki pengetahui diberbagai bidang

                       K

2) Monalisa / lukisannya yang terkenal, / telah mengantar Leonardo da Vinci menjadi tokoh

                                     K

besar di zaman Renaisance

 

e.  Kelogismean

Pada sebuah acara resmi, pembawa acara menyilahkan pembicara untuk memberikan sambutan kalimat seperti ini:

Baiklah, untuk mempersingkat waktu, acara selanjutnya adalah penyampaian sepatah dua kata dari Rektor Universitas Dian Nusantara, Bapak Prof. Dr. H. Suharyadi, M.S., waktu dan tempat kami persilahkan.

Apakah yang tidak logis pada kalimat itu? Apakah waktu dapat dipersingkat?  Siapakah yang dipersilahkan memberi sambutan, waktu dan tempat atau Rektor Universitas Dian Nusantara?

Kelogisan berhubungan dengan bernalar atau tidaknya sebuah kalimat.

Ketidaklogisan bisa terjadi karena isi kalimat atau struktur kalimat yang dibangun. Struktur kalimat yang dimaksud adalah penggunaan unsur gramatikal yang tidak tepat dan penggunaan kata penghubung yang tidak logis.

Terdapat dua kata penghubung, dalam bahasa Indonesia yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antar kalimat. Intrakalimat adalah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat atau sebaliknya.

Contoh :

… karena …           …, dan …

…sehingga …       …, atau …

walaupun …, …    …, seperti …

jika …, …

…, sedangkan …

…,melainkan …

 

Antarkalimat ialah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.

Contoh :

Jadi, …                      Pertama, …

Oleh karena itu, …    Kedua, …

Namun, …                 Kesimpulannya, …

Kemudian, …            Selanjutnya, …

 

Kesesatan kalimat dengan menggunakan kata penghubung yang salah dapat kita lihat pada contoh karangan berikut ini.

Dan masalah lainnya yang timbul adalah adanya kesalahan dalam pencatatan persediaan. Tetapi, kesalahan dalam pencatatan persediaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap laporan neracadan laporan laba rugi, oleh karena itu harus ada kecocokan antara bagian gudang dan bagian produksi. Sedangkan, pengendalian perlindungan persediaan juga sangat diperlukan, yaitu dengan cara pembentukan tenaga gudang untuk mencegah adanya kerusakan barang atau kehilangan barang, namun sebaliknya akses untuk masuk kedalam gudang juga perlu dibatasi hanya untuk bagian gudang. Maka atas adanya pertimbangan-pertimbangan yang sudah penulis jelaskan, maka dilakukanlah penelitian ini, sehingga makalah ini diberi judul “Prosedur Pembelian Bahan Baku pada Float Division di PT. Multi Glass.”

(Anda ditugaskan memperbaiki paragraf di atas sehingga menjadi benar)


 

E. Syarat-syarat Kalimat Efektif

Soedjito (1999:1-8) mengemukakan bahwa kalimat efektif itu memiliki empat ciri: (1) gramatikal/memenuhi kaidah tata bahasa; (2) tepat dalam memilih kata; (3) memenuhi kaidah penalaran; dan (4) keserasian.

1. Ciri Gramatikal.

Kalimat efektif harus  mengikuti kaidah tata bahasa dan berikut contohnya.

Tidak Gramatikal                                    

1) Meskipun orang asing, dia pandai bicara bahasa Indonesia.

2) Dia tidak nyuri  uang saya.

3) Persoalan itu belum semuanya disadari oleh kita.

4) Dia tidak ambil kue adiknya.

5) Saya telah ketemu dia kemarin.

Gramatikal

1) Meskipun orang asing, dia pandai berbicara bahasa Indonesia.

2) Dia tidak mencuri uang saya.

3) Persoalan itu belum semuanya kita sadari

4) Dia tidak mengambil kue adiknya.

5) Saya telah bertemu dengan dia kemarin.

 

2. Pilihan Kata

Pilihan kata (diksi) turut mendukung kalimat efektif. Untuk menyusun kalimat efektif harus dipilih kata-kata yang (a) tepat, (b) saksama (sesuai), dan (c) lazim. Perhatikan contoh-contoh berikut.

1) Dalam hal ini dapat (dibilang, dikatakan) bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.

2) Adik sudah (dikasih, diberi) kue (sama, oleh) ibu.

3) Saya suka (menonton, memandang) layar tancap.

4) Idul Fitri adalah hari (raya, besar, agung) umat Islam.

5) Pelatihan-pelatihan itu sangat bermanfaat (bagi, guna, buat) para guru bahasa Indonesia.

6) Dalam diri kita, jiwa (leadership, kepemimpinan) harus dilandasi nilai-nilai moral Pancasila.

 

a. Pemakaian kata tutur

Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan, seperti bilang, bikin, dikasih tahu, jumpa, bicara, beli, baca. Kata-kata tutur termasuk kata-kata yang tidak baku.

 

b. Pemakaian kata-kata bersinonim

Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan, ada pula yang tidak. Ada pula kata-kata bersinonim yang pemakainya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan, contoh melihat, menonton, memandang, lalu raya, besar, agung, dan meninggal, wafat, mati, gugur, mangkat, tewas, mampus. Dengan bentuk kata-kata bersinonim, seorang pembicara/penulis harus mampu memilih secara cermat kata mana yang cocok dan tepat digunakan.

 

c. Pemakaian kata-kata yang bernilai rasa

Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya dipilih secara cermat agar keefektifan penutur dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Salah pilih terhadap kata-kata yang bernilai rasa dapat mengganggu pembaca.

1) Penalaran

Menguasai kaidah bahasa dan pilihan kata (diksi) belum menentukan kalimat itu efektif. Keefektifan kalimat didukung pula oleh jalan pikiran yang logis.

2) Keserasian

Keserasian turut pula menentukan keefektifan suatu kalimat, yaitu serasi dengan pembicara atau penulis dan cocok dengan pendengar atau pembaca serta serasi dengan situasi dan kondisi saat bahasa itu digunakan.

 

F. Ejaan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mengenal adanya kaidah/aturan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Pemakaian bahasa Indonesia dikatakan baik apabila sesuai dengan penempatan lokasi dan lawan bicara kita. Sedangkan bahasa Indonesia dikatakan benar bila sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Salah satu kaidah dalam bahasa Indonesia adalah ejaan. Pengertian ejaan menurut Arifin (2005:170) adalah keseluruhan peraturan bagaimana kita melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambing-lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulisan ilmiah harus ditunjang oleh penerapan aturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia yang tertulis dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disingkat PUEBI.

Pengertian ejaan menurut Kridalaksana (1982: 38) adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan, yang lazimnya mempunyai tiga aspek yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis; dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

Tata tulis dalam PUEBI dapat Anda baca pada modul sebelumnya.

 


TUGAS MANDIRI

I. Esai

Dalam penulisan kalimat efektif, kesantunan kalimat merupakan salah satu prioritas. Kesantunan kalimat mengandung makna bahwa gagasan yang diekspresikan dapat mengembangkan suasana yang baik, hubungan yang harmonis, dan keakraban. Kalimat yang baik dan santun ditandai sifat-sifat: singkat, jelas, lugas, dan tidak berbelit-belit.

Berikut ini merupakan contoh kalimat yang tidak santun. Perbaikilah kalimat tersebut menjadi kalimat efektif yang baik dan santun?

1. Sebagaimana telah ditetapkan, pekerjaan itu biasanya dikerjakan dua kali seminggu.

2. Aspek lain yang perlu dipertimbangkan ialah segi hubungan masyarakat.

3. Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan laporan itu.

4. Manusia ialah makhluk yang berakal budi.

5. Di Jakarta memiliki pusat perdagangan terbesar di Asean.


II. Kuis Benar atau Salah (True or False)

1. Ia tidak hanya pandai melainkan juga rajin. 

2. Pelaksanaan kegiatan itu saya dibantu oleh dosen-dosen. 

3. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

4. Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu menjadi Putri Indonesia tahun ini.

5. Masyarakat hukum adalah sekelompok orang-orang yang berdiam dalam suatu wilayah tertentu dimana di dalam kelompok tersebut berlaku serangkaian peraturan sebagai pedoman tingkah laku. 

6. Jika nama penumpang berbeda dengan nama yang tercantum di dalam tiket, maskapai berhak menolak orang tersebut dan dengan demikian keberangkatan orang tersebut batal.

7. Syarat agar kalimat menjadi efektif dan santun adalah: hindari pengulangan subjek, hindari pemakaian superordinat pada hiponim kata, dan hindari dua kata yang bersinonim dipakai dalam sebuah kalimat.

8. Ia sangat menyintai calon istrinya sehingga menyiptakan puisi terindah sebagai mas kawin di hari pernikahan. 

9. Agar kalimat yang Anda buat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam kalimat diperlukan. Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang berparalel. 

10. Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan dalam bagasi tiba-tiba mati. 




DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Bandung: Pustaka Prima.

Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia

Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:             Sahabat Pena. ISBN 978-623-7440-11-6

Satata, Sri, Devi S, dan Dadi W. 2012. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.                 Jakarta: Mitra Wacana Media

Nazar, Noerzisri. 2004. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora Utama.

Razak, Abdul. 2000. Kalimat Efektif, Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: PT Gramedia

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAGAM DAN LARAS BAHASA INDONESIA

SURAT DINAS

EKSPLORASI TEKS AKADEMIK