EKSPLORASI TEKS AKADEMIK

 EKSPLORASI TEKS AKADEMIK



Kegiatan menulis menjadi salah satu kegiatan yang kerap dilakukan oleh manusia, utamanya jika berkaitan dengan akademik. Sehingga, kegiatan menulis akademik dapat dipahami sebagai kegiatan menulis yang dilakukan oleh mereka yang bergelut di dunia pendidikan, baik itu pelajar, mahasiswa sebagai upaya pemenuhan tugas atau sebagai bentuk pelaporan atas hasil kegiatan akademik. Sehingga kegiatan menulis, utamanya menulis akademik sudah bukan lagi hal asing dewasa ini.

Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi yang kian mempermudah manusia dalam mengeksplore informasi, tidak dapat menjamin kemahiran seseorang dalam melakukan penulisan akademik. Kerap kali ditemukan hasil tulisan akademik yang belum mampu memenuhi syarat-syarat penulisan akademik. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pemahaman serta sistematika yang sesuai agar baik dan benar dalam melakukan penulisan akademik.

A. Pengertian Teks Akademik

Teks akademik atau yang sering juga disebut teks ilmiah adalah tulisan yang diperoleh dari pegamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dan dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Wiratno dalam (Wiratno, dkk, 2014:1-2) teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, laporan praktikum, dan artikel ilmiah. Jenis-jenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Genre makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan, dan genre mikro adalah subgenre yang lebih kecil yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut.

B. Menelusuri dan Menganalisis Model Teks Akademik

Teks akademik atau yang juga sering disebut teks ilmiah berbeda dengan teks nonakademik atau teks nonilmiah. Kedua teks tersebut ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Untuk membedakan keduanya, anda harus memahami dan menelusuri ciri-ciri teks akademik dan nonakademik.

1. Mengidentifikasi Ciri-ciri Teks Akademik dan Nonakademik

Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik perlu dijelaskan secara memadai dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. Pendapat teks akademik yang berkembang selama ini adalah bahwa teks akademik mempunyai ciri-ciri antara lain sederhana, padat, objektif, dan logis (Sudariyanto,2015). Akan tetapi, selama ini belum terdapat bukti-bukti empiris yang diajukan untuk diberikan penjelasan yang memadai secara linguistik tentang pengertian dari ciri-ciri tersebut.

Pengeksploraisan ciri-ciri keilmiahan pada teks akademik akan menjadi semakin penting karena teks akademik merupakan dimensi tersendiri apabila dibandingkan dengan jenis-jenis teks yang lain.

Atas dasar pernyataan ini, perlu diungkapkan ancangan yang dapat menjelaskan perbedaan teks akademik dan tek nonakademik tidak dilihat sebagai perbedaan antara hitam dan putih. Perbedaan tersebut dilihat dari kecenderungan ciri-ciri yang dikandung oleh teks tersebut misalnya, teks akademik diasosiasikan dengan teks tulis sedangkan teks nonakademik di asosiasikan dengan teks lisan.

2. Menganalisis Pentingnya Teks Akademik

Insan yang berada di lingkuangan masyarakat akademik terutama dosen dan mahasiswa tidak lepas dari teks akademik. Jeis-jenis teks yang sering dijumpai sebagai teks akademik dilingkungan perguruan tinggi antara lain buku, ulasan buku, proposal penelitian, proposal kegiatan, laporan pengertian (tugas akhir, skripsi, tesis), laporan kegiatan, dan artikel ilmiah. Semua itu termasuk genre mikro yang dipayungi oleh genre makro. Mengapa kita memerlukan teks akademik dalam berbagai genre makro? Karena pada saat perancang penilitian atau kegiatan anda memerlukan teks yang disebut proposal penelitian yang menggunakan genre makro.

 

C. Ciri-ciri Teks Akademik

1. Deskriptif

Menyajikan fakta atau informasi adalah tujuan dari teks deskriptif. Contoh dari teks deskriptif dalam bidang akademik adalah ringkasan sebuah artikel ilmiah atau laporan hasil sebuah eksperimen.

2. Analitis

Sangat sedikit teks dalam tingkat perguruan tinggi yang merupakan murni teks deskriptif. Teks akademik mencakup pula teks analitis, yaitu jenis teks yang merupakan teks deskriptif, namun penulis mengelompokkan fakta-fakta dan informasi yang tersedia ke dalam kategori, grup, bagian, tipe, atau jenis hubungannya.

Terkadang, kategori-kategori atau hubungan ini merupakan sebagian dari sebuah disiplin ilmu, namun penulis mengelompokkan kembali sehingga sesuai dengan teks yang akan ia tulis. Contohnya, jika penulis membandingkan dua teori, penulis mungkin akan memngelompokkannya ke dalam beberapa bagian. Misal, bagaimana tiap teori berhubungan dengan konteks sosial, bagaimana tiap teori berhubungan dengan pembelajaran bahasa, dan bagaimana tiap teori dapat digunakan dalam praktiknya. Contoh teks akademik yang merupakan teks analitis adalah tulisan yang menganalisis, membandingkan, menghubungkan, dan membahas sebuah atau lebih ide atau masalah. 

3. Persuasif

Hampir di seluruh penulisan akademik, penulis diharuskan untuk setidaknya satu langkah lebih jauh dari penulisan analitis, yaitu penulisan persuasif. Menulis teks persuasif mencakup seluruh fitur penulisan analitik (yaitu, informasi dan pengorganisasian kembali informasi), dengan tambahan sudut pandang penulis sendiri. Sebagian besar esai bersifat persuasif, dan ada elemen persuasif dalam artikel ilmiah, yaitu setidaknya di bagian diskusi dan kesimpulan.

Sudut pandang dalam penulisan akademik dapat mencakup argumen, rekomendasi, interpretasi dari temuan atau evaluasi karya orang lain. Dalam tulisan persuasif, setiap klaim yang penulis buat perlu didukung oleh beberapa bukti, misalnya referensi untuk temuan penelitian atau sumber yang dipublikasikan. Jenis-jenis teks persuasif meliputi bagian argument, evaluasi, diskusi, dan memilih posisi atau sudut pandang dalam menulis.

4. Kritis
Menulis kritis merupakan sesuatu yang umum untuk penelitian, tingkat pascasarjana, dan mahasiswa sarjana tingkat lanjut. Penulisan kritis memiliki semua fitur penulisan persuasif, dengan elemen tambahan setidaknya dari satu sudut pandang lain.

Jika menulis persuasif mengharuskan penulis untuk memiliki sudut pandangnya sendiri tentang suatu masalah atau topik, penulisan kritis mengharuskan penulis untuk mempertimbangkan setidaknya dua sudut pandang, termasuk milik penulis sendiri. Misalnya, penulis dapat menjelaskan interpretasi atau argumen dari seorang peneliti dan kemudian mengevaluasi manfaat argumen tersebut, atau memberikan interpretasi alternatif penulis itu sendiri. Contoh tugas penulisan kritis adalah termasuk kritik artikel jurnal, atau tinjauan literatur yang mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penelitian yang ada.

 

D. Membangun Teks Akademik secara Bersama-sama

Teks-teks akademik yang dipilih untuk pembahasan pada modul ini adalah ulasan buku, proposal, laporan dan artikel ilmiah. Meskipun setiap genre makro memiliki ciri-ciri khusus, secara umum teks akademik dalam berbagai genre makro mempunyai ciri-ciri yang sama.

1. Menggali dan Mengevaluasi Lebih Jauh Ciri-ciri Teks Akademik 

Ciri-ciri yang dapat membedakan  teks akademik dan nonakademik tersebut adalah ciri-ciri leksikogramatika yaitu kata-kata dalam susunan beserta makna yang dihasilkan ada di tingkat leksis (kata), kalimat, dan wacana. Ciri-ciri itu terlihat antara lain dari pemilihan leksis, kelompok kata, kompleksitas kalmat, dan stuktur teks.

aTeks Akademik Sederhana dalam Stuktur Kalimat

Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya mengandung satu aksi atau peristiwa, sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat yang mengandung lebih dari sat aksi atau peristiwa dan dapat di nyatakan dengan paraktik atau hipotaktik. Jadi, perbedaan simpleks dengan kompleks adalah jumlah aksi atau  peristiwa yang dikandung.

Adapun tiga unsur secara linier yang menyusun kalimat simpleks, yaitu unsur subjek (dicetak tebal), unsur predikotor (digaris bawahi), dan unsusr pelengkap atau keterangan (dicetak miring).

Kenyataan tentang penggunaan kalimat simpleks tersebut mendukung ciri keilmiahan secara idesional menunjukkan logika kesederhanaan. Hal yang membuat kalimat simpleks kadang-kadang panjang, sehingga teksesan tidak sederhana adalah pemadatan informasi.

Jenis kalimat kompelks yang cenderung dipilih adalah kalimat kompleks yang berhubungan secara hipotaktik (dengan konjungsi seperti apabila, karena, dan ketika), bukan kalimat kompleks yang berhubungan  secara prataktik (dengan konjungsi seperti: dan, kemudian, dan lalu).

bTeks Akademik Padat Informasi

Yang dimaksud padat pada teks akademik adalah padat akan informasi dan padat akan  kata-kata leksikal. Kepadatan informasi dapat dijelaskan dari dua sisi, yaitu: informasi didapatkan melalui kalimat simpleks dan informasi didapatkan melalui nominalisasi.

Pada kalimat simpleks, informasi yang didapatkan dapat berupa kalimat sematan yang ditandai oleh “[[…]]” atau kelompok adverbial yang ditandai oleh “[…]”.

Pemadatan informasi pada contoh (1.1) adalah pemadatan campuran, yaitu pemadatan yang terjadi pada unsur subjek maupun pelengkap. Pemadatan yang lain hanya terjadi pada unsur subjek ataupun pelengkap. Contoh (1.2) menunjukakan pemadatan informasi (cetak tebal) yang berupa kalimat sematan untuk memperluas kelompok namina pada unsur subjek dan pelengkap begitupun contoh (1.3) menunjukkan pemadatan informasi (dicetak miring) yang merupakan kelompok adverbial untuk memperluas kelompok nomina pada unsur subjek dan pelengkap.

(1.1)   Studi ini menguji keterkaitan [antara usia dan kinerja manager]. (Teks Ekonomi Supriyono, 2006)

(1.2)   Jadi gentip klon karet PB 260 ialah AaBB [[yang bersifat tahan terhadap PGDC]]. (Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004)

(1.3)   Konsep makna akan mengawali uraian [tentang komunikasi lintas budaya]. (Teks Bahasa, Berata, 2004)

Pada sisi nominalisasi, pemadatan informasi terjadi ditingkat leksis. Nominalisasi adalah upaya pembendaan dari, misalnya, proses (verba), kondisi (adjektiva), sirkumstansi (adverbia), dan logika (konjungsi). Pemadatan informasi memalui nominalisasi seperti itu sering merupakan pengungkapan lesis secara inkongrumen yang melibatkan metafora gramatika.

c. Teks Akademik Padat pada Leksikal

Teks akademik lebih banyak megandung kata leksikal atau kata isi (nimina, verba-predikator, adjektiva, dan adverbial tertentu) daripada kata stuktural (konjungsi, kata sandang, preposisi, dan sebagainya).

Berikut ini contoh (1.4), kata-kata yang dicetak tebal adalah kata-kata struktural dan kata-kata yang dicetak tidak tebal adalah kata-kata leksikal.

(1.4) Kesimpulan bahwa sifat ketahanan tamanaman karet terhadap PGDC dikendalikan oleh dua pasang gen utama, mematahkan dugaan sebelumnya yang menyebut behwa sifat tersebut dikendalikan secara poligenik. (Teks Ekonomi,  Hartana & Sinaga, 2004).

Meskipun jumlahnya lebih kecil, kata struktural lebih sering muncul dari pada leksikal. Apabila kata yang sama dihitung sekali, pada Contoh (1.4) untuk kata leksikal berjumlah 16 (72,8%) dan kata struktural berjumlah 6 (27,2%). Dari kepadatan leksikal teks tersebut mempunyai ciri keilmiahan. Kepadatan leksikal juga dapat dilihat dari kelompok nomina yang dibentuk dari rangkaian dua kata leksikal atau lebih tanpa disisipkan oleh kata stuktural apapun. 

d. Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Nominalisasi

Dalam realisasi leksis pada teks akademik yang dicontohkan nominalisasi digunakan untuk memadatkan informasi. Sebagai upaya nomonaslisasi ditempuh dengan mengubah leksis nonbenda antara lain  (verba, adjektif, adverba, konjungsi) menjadi leksisi benda (nominal). Teks ini ditujukan untuk mengukapkan pengetahuan dengan ringkas dan padat, oleh karena itu, nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting pada teks akademik. Contoh akademik yang mengandung ciri nominalisasi yaitu pengendalian, penyemprotan, analisis, sumbangan, pengetahuan, komunkasi dll. Pemadatan informasi akan menjadi semakin kompleks apabila ada dua atau lebih leksis hasil nominalisasi dihimpun dalam suatu gugusan pada kelompok nominal. Gugusan leksis sejenis itu disebut cluster, yaitu gugusan yang merupakan satu kesatuan yang terdiri atas dua sampai dengan empat kata. Gugusan ini cendurung berkelompok  dan lebih banyak berkenan dengan realisasi. 

e. Teks Akademik Banyak Manfaat Metafora Gramatika melalui Ungkapan Inkongruen

Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke leksis lain atau dari tataran gramatika yang lebih tinggi ketataran gramatika yang lebih rendah. Teks ini terjadi pada ungakapan inkongruen, sebagai kebalikan dari ungkapan yang kongruen. Realisasi secara kongruen adalah realisasi yang sewajar-wajarnya sesuai dengan realitas. Teks akademik banyak memanfaatkan metafora gramatika dalam ungkapan yang inkongruen, dari segi tersebut menunjukkan ciri keilmiahan baik secara idesional maupun tekstual. Secara idesional, melalui metafora gramatika isinya lebih padat dan secara tekstual.

f. Teks Akademik Banyak Manfaat Istilah Teknis

Teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan menggunakan nomina yang antara lain dibangun melalui proses nominalisasi. Istilah teknis merupakan bagian yang esensial pada teks akademik. Contoh, apabila istilah morfologi digunakan di bidang linguistik, maka mengandung makna “ilmu yang berkenaan dengan pembentukan kata”. Tetapi, apabila ada istilah yang sama digunakan di bidang biologi/pertanian/fisika, maka mengandung makna “struktur, susunan, komposisi, atau tata letak”.  Teks ini cenderung lebih sulit dipahami oleh pembaca karenanya pembaca harus mengecek kamus istilah teknis di bidang ilmu yang dimaksud. 

g. Teks Akademik Bersifat Taksonomik dan Abstrak

Taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi terhadap sesuatu. Taksonomi menjadi salah satu ciri akademik, berkonsentrasi pada penelitian terhadap wacana geografi-fisika. Untuk mengubah bahasa sehari-hari menjadi bahasa ilmiah diperlukan istilah teknis yang disusun ke dalam taksonomi.

Teks akademik dikatakan abstrak karena pokok persoalan yang dibicarakan didalamnya seringkali merupakan hasil dari pemformulasian pengalaman nyata menjadi teori, pemformalian pengalaman merupakan proses abstraksi yang antara lain dicapai dengan nominalisasi dalam kerangka metafora gramatika. Proses tersebut digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan realitas.

hTeks Akademik Banyak Memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora

Pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya. Kenyataan tersebut menunjukkan makna bahwa benda-benda yang dimaksud pada teks-teks tersebut adalah benda-benda yang memenuhi konsep generalitas, yaitu benda-benda yang sudah diabstrakkan untuk menyatakan generalisasi, bukan benda-benda yang secara eksperiensial berada di sekitar manusia. Dari jumlah kelompok nomina sekitar 50% yang mengandung penegas yaitu benda pada kelompok nomina tersebut diberi penjelasan yang berupa kualifikasi. Kelomok ini menjadi ciri penting pada teks akademik dan terbukti bahwa teks-teks yang dicontohkan pada pembahasan menggunakan pengacuan esfora dengan presentase yang tinggi. 

iTeks Akademik Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identifikatif dan Proses Relasional Atributif

Terdapat dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional identifikatif dan proses relasional atributif. Proses relasional identifikatif merupakan alat yang baik untuk membuat definisi atau identifikasi terhadap sesuatu, sedangkan proses relasional atributif merupakan alat yang baik untuk membuat deskripsi  dengan menampilkan sifat, cirri, atau keadaan benda yang dideskripsikan tersebut.

j. Teks Akademis Bersifat Monologis dengan Banyak Mendayagunakan Kalimat Indikatif-Deklaratif

Sifat monologis pada teks akademik mengandung arti bahwa teks tersebut memberikan informasi kepada pembaca dalam satu arah. Untuk memenuhi sifat monologis tersebut teks akademik mendayagunakan kalimat Indikatif-Deklaratif yang berfungsi sebagai Proposisi-Memberi, berbeda dengan kalimat Indikatif-Interogatif yang berfungsi sebagai Proposisi-Meminta atau kalimat imperative yang berfungsi sebagai Propoal-Meminta.

k. Teks Akademik Memanfaatkan Bentuk Pasif untuk Menekankan Pokok Persoalan, bukan Pelaku dan Akibatnya, Teks Menjadi Objektif Bukan Subjektif

Penggunaan bentuk pasif pada teks akademik dimaksudkan untuk menghilangkan pelaku manusia, sehingga unsure kalimat yang berperan sebagai subjekdijadikan pokok persoalan yang dibicarakan di dalam teks tersebut. Dengan menganggap pelaku itu tidak penting, subjek atau pokok pembicaraan yang bukan pelaku dianggap lebih penting, dan karenanya ditemakan.

l. Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Minor

Kalimat minor adalah kalimat yang tidak lengkap. Secara ideasional, karena transifitas pada kalimat minor tidak dapat dikenali, makna yang bersifat eksperiensial yang melibatkan partisipan, proses, dan sirkumtansi pada kalimat tersebut tidak dapat diungkapkan. Secara interpersonal, karena kalimat minor tidak dapat digolongkan  ke dalam kalimat indikatif-deklaratif interogatif atau imperatif, kalimat tersebut tidak mengungkapkan fungsinya sebagai proposisi-memberi  atau proposal-meminta. 

m. Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Takgramatikal

Kalimat takgramatikal adalah kalimat yang secara gramatikal mengandung kekurangan atau kelebihan unsur tertentu misalnya kata kata leksikal seperti nomina (yang berfungsi sebagai subjek) dan verba (yang berfungsi sebagai finit/predikator) atau kata kata struktural seperti konjungsi dan preporsisi.

Teks akademik yang mengandung kalimat takgramatikal, baik yang berkekurangan maupun yang berlebihan unsur tertentu, adalah teks yang menunjukkan bahasa takbaku. Oleh karena itu, derajat keilmiahan teks tersebut berkurang. Secara tekstual, ketakgramatikalan pada teks akademik menunjukkan ciri ketidakilmiahan.

n. Teks Akademik Tergolong dalam Genre Faktual bukan Genre Fiksional

Teks akademik tergolong ke dalam genre faktual, bukan genre fiksional. Teks teks tersebut dikatakan faktual, karena teks teks tersebut ditulis berdasarkan pada kenyataan empiris, bukan pada rekaan atau khayalan (Martin, 1985b : Martin,1992: 562-563).

Dilihat dari segi genre makro dan genre mikro, teks-teks akademik yang dijadikan tugas tersebut dapat digolongakan ke dalam genre makro artikel ilmiah atau artikel jurnal.

 

2. Menyajikan Teks Akademik dalam berbagai Genre Makro

Sebagai pemahaman awal, anda diajak untuk mengidentifikasi genre mikro yang terdapat di dalam masing masing genre makro tersebut melalui contoh-contoh yang dicuplikan dari genre-genre makro. Di sini anda akan diajak untuk mencermati contoh-contoh cupilkan dari  masing-masing genre itu dengan mengenali struktur teksnya dan genre-genre mikro yang terkandung di dalamnya. 

            a. Ulasan Buku 

Buku dapat dikelompokkan menjadi buku ajar dan buku referensi. Buku referensi adalah buku yang digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan pada saat orang menyususn karya ilmiah. Ulasan buku yang juga sering disebut timbangan buku adalah tulisan yang berisi tentang kritik terhadap buku yang dimaksud . ulasan seperti ini anda perlukan pada saat anda perlukan saat anda menyajikan kajian pustaka dalam proposal penelitian, laporan penelitian atau artikal ilmiah.

b. Proposal

Proposal merupakan tulisan yang berisi rancangan penelitian atau rancangan kegiatan. Proposal dapat berupa proposal penelitian atau kegiatan.

c. Laporan

Laporan dikelompokkan mnjadi laporan penelitian dan laporan kegiatan

d. Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah dikelompokkan menjadi artikel penelitian dan artikel konseptual.


E. Membangun Teks Akademik secara Mandiri

1. Membuat rangkuman

Ada baiknya anda membaca rangkuman berkali kali, dan anda dapat mengulangi mwmbaca bagian yang anda anggap sulit. Untuk mengetahui bahwa anda telah menguasai materi.

2. Membuat Tugas dan Proyek tentang Teks Akademik

Ada baiknya anda membaca rangkuman berkali kali, dan anda dapat mengulangi mwmbaca bagian yang anda anggap sulit. Untuk mengetahui bahwa anda telah menguasai materi.

a. Tugas 

Carilah beberapa teks yang dimuat di buku, jurnal penelitian, majalah, surat kabar, atau media lain baik cetak maupun elektronik.  

b. Proyek

Proyek disini dimaksudkan sebagai rencana belajar sesuai dengan kebutuhan akademik.

 

F. Cara Menghindari Plagiarisme di Dunia Akademik

Plagiarisme merupakan tindak pengambilan karya atau penjiplakan karangan milik orang lain. Plagiarisme menjadi isu yang tidak jarang ditemui dalam dunia akademik. Di Indonesia, regulasi mengenai plagiarisme tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.

Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa plagiat merupakan perbuatan yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain untuk diakui sebagai karya mereka sendiri tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai.

Di era digital seperti sekarang ini, mudah sekali bagi banyak orang untuk melakukan tindakan plagiarisme, salah satu kasus plagiarisme yang paling banyak ditemui adalah copy paste tulisan orang lain ke dalam karya ilmiah yang mereka buat. Selain copy paste, kesalahan dalam pengutipan tulisan ilmiah juga merupakan bentuk dari plagiarisme. Lupa tanda kutip, tidak adanya batas antara awal dan akhir parafrase, serta kesalahan menulis sitasi dan daftar referensi juga merupakan plagiarisme.

           1Ciri-ciri dan Jenis Plagiarisme

Lebih lanjut, ciri-ciri lain yang dikategorikan plagiarisme adalah tidak mencantumkan sumber asli saat melakukan pengutipan dalam penulisan karya ilmiah. Mengutip secara langsung, melakukan parafrase atau penulisan gagasan orang lain, atau menyampaikan versi sendiri tanpa menyatakan sumbernya merupakan bentuk plagiarisme. Ada empat jenis pola dalam perilaku plagiarisme yakni plagiarisme total, plagiarisme parsial, auto-plagiasi (self-plagiarism), dan plagiarisme antarbahasa. Self-plagiarism ini sendiri merupakan tindakan mempublikasikan tulisan ilmiah di beberapa jurnal yang berbeda.

2. Dua Cara Menghindari Plagiarisme

Lantas bagaimana cara menghindari plagiarisme? Ada dua cara dalam menghindari kasus plagiarisme yakni parafrase dan sitasi.

a. Melakukan Parafrase

Parafrase adalah menyebutkan kembali informasi dari sumber lain menggunakan kata-kata kita sendiri. Yang diparafrase bukan hanya ide utama, tapi juga beberapa detail yang relevan dengan argumen dalam tulisan kita. Dalam parafrase tidak hanya mengubah kata per kata, namun juga struktur kalimat dari sumber asli. Parafrase sama seperti penyimpulan yang tidak memerlukan tanda kutip.

b. Sitasi

Sitasi merupakan pencantuman sumber setiap kali menggunakan gagasan atau tulisan karya orang lain. Menurut Adi, dalam sitasi perlu diberi tanda kutip pada kutipan-kutipan yang disalin.

Menurut American Psychological Association (APA), terdapat beberapa aturan dalam melakukan sitasi di antaranya diperbolehkan untuk mengutip dari buku atau jurnal dengan batas maksimal 250 kata untuk buku teks dan 5% panjang tulisan untuk artikel jurnal. Penulis juga harus mencantumkan sumber dari mana kutipan atau parafrase diperoleh.

 

G. Contoh Teks Akademik

Contoh teks akademik adalah sebagai berikut.

1. Buku ajar

Buku ajar adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu. Buku ini merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu progam pengajaran.

Buku ajar merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan dalam pembelajaran. Buku ajar memang merupakan bahan ajar sekaligus sumber belajar bagi siswa yang konvensional. Namun, meskipun konvensional dan sudah dipergunakan cukup lama dan banyak yang menganggap tradisional, buku pelajaran masih cukup mampu memberikan kontribusi yang baik pada pembelajaran. Beberapa materi pembelajaran tidak dapat diajarkan tanpa bantuan buku pelajaran.

2. Diktat

Diktat merupakan catatan pelajaran yang dibuat oleh guru untuk persiapan mengajar praktis pada waktu melaksanakan pembelajaran. Diktat juga bisa diartikan sebagai catatan belajar siswa yang disusun oleh siswa dengan bahan stensilan atau salinan.

3. Artikel Jurnal Ilmiah

Jurnal ilmiah adalah kumpulan jurnal penelitian. Formatnya biasanya kurang lebih mirip dengan majalah, namun dengan format yang berisi kumpulan rangkuman karya ilmiah yang dibuat oleh masing-masing peneliti.

Artikel ilmiah biasanya terbit dalam jangka waktu tertentu (bisa bulanan, dua bulanan, atau bahkan tahunan). Diterbitkan oleh lembaga publikasi ilmiah, baik itu kampus, perusahaan, atau media lainnya.

4. Artikel Konferensi

Paper Conference pada dasarnya mirip dengan jurnal ilmiah, tetapi biasanya lebih ringkas (lebih sedikit halaman). Inilah perbedaan utama dengan jurnal ilmiah yang bisa sangat panjang (rata-rata jurnal minimal 6 halaman, sedangkan makalah konferensi 2-5 halaman).

5. Makalah

Makalah adalah sebuah karya tulis ilmiah yang membahas tentang suatu topik tertentu yang tercakup ke dalam ruang lingkup pengetahuan. Sebuah makalah mempunyai sistematika yang terbagi menjadi empat bagian, yaitu pendahuluan, studi kepustakaan, pembahasan, dan kesimpulan atau penutup.

6. Esai

Esai adalah sebuah karya tulis yang membahas suatu hal dari sudut pandang penulisnya. Istilah 'esai' sendiri berasal dari bahasa Prancis, 'essayer', yang berarti 'mencoba' atau 'menguji'. Jadi, saat menulis esai, penulis seolah 'mencoba' untuk mengeksplorasi suatu ide atau gagasan dan 'menguji' pemahaman pembaca tentang topik tersebut.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan esai sebagai sebuah tulisan prosa yang memberikan pandangan singkat tentang suatu isu dari perspektif pribadi penulis. Secara garis besar, esai menyampaikan informasi, gagasan, argumen, serta ekspresi emosi penulis tentang subjek tertentu.

7. Proposal Skripsi

Proposal skripsi adalah suatu bentuk rancangan atau usulan penelitian yang akan disusun oleh seorang mahasiswa mengenai bahan penelitian untuk pembuatan skripsi. Proposal skripsi tersebut berisi garis-garis besar materi permasalahan dan metode penelitian yang akan diuraikan dalam skripsi.

Proposal skripsi termasuk ke dalam proposal formal karena memiliki standar tertentu seperti penggunaan bahasa, tanda baca, kutipan, dan lain sebagainya. Beberapa unsur yang melengkapi proposal skripsi antara lain adalah judul, tujuan, manfaat, metode, tinjauan pustaka, serta hipotesis penelitian. Dalam prosesnya, mahasiswa mengajukan proposal skripsi setelah judul disetujui oleh Dosen Pembimbing.

8. Skripsi/Tesis/Disertasi

Skripsi adalah tugas akhir yang dibuat untuk meraih gelar sarjana. Sementara, tesis merujuk pada karya ilmiah tertulis jenjang magister atau pascasarjana (S2). Disertasi menjadi karya tulis ilmiah mahasiswa yang hendak menyelesaikan program doktoral atau S3.

9. Ulasan/Resensi Buku

Resensi buku ialah memberikan tinjauan kritis atau penilaian terhadap kualitas suatu buku. Meresensi sebuah buku berarti merupakan aktivitas seseorang untuk menyampaikan gagasan secara tertulis dalam hal mengukur baik buruknya suatu buku. Hal-hal yang diukur dari satu buku tersebut meliputi isi, struktur penyajian, serta manfaatnya bagi pembaca.

10. Laporan Penelitian

Laporan penelitian adalah suatu dokumen tertulis tentang hasil pelaksanaan suatu penelitian yang dibuat secara jelas, disusun menurut metode penulisan dan sistematika tertentu dengan bahasa yang lugas.

11. Laporan Praktikum

Laporan praktikum bertujuan untuk menyampaikan tujuan dan sasaran, alasan praktikum tersebut, kondisi lingkungan praktikum, melaporkan kegiatan selama terjadinya praktikum beserta dengan hasilnya dan menjadi penilaian untuk pengalaman tersebut. Cara kerja dari laporan praktikum adalah dengan menggabungkan pengalaman selama praktik atau saat di lapangan dengan pengetahuan teoritis.

 

H. Contoh Bagian-bagian Teks Akademik

Secara garis besar, struktur teks akademik biasanya berupa pendahuluan, isi, dan penutup. Namun, hal ini bisa berbeda beda tergantung dengan jenis dari teks akademiknya. Pada artikel jurnal ilmiah berbahasa Indonesia, bagian awal selalu dimulai dengan abstrak yang ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Abstrak diikuti dengan bagian pendahuluan (introduction) yang memuat latar belakang masalah yang dibahas dalam artikel tersebut. Bagian pendahuluan diikuti dengan bagian tinjauan literatur (literature review) yang memuat ringkasan dari teori-teori, artikel ilmiah serupa, dan teks pendukung lain. Bagian ini diikuti oleh metode penelitian (methods) hasil dan pembahasan (result and discussion).

Bagian kesimpulan (conclusion) merupakan bagian terakhir yang biasanya memuat bagian implikasi dan rekomendasi (implication and recommendation). Meskipun artikel jurnal ilmiah memiliki struktur seperti ini, namun tiap jurnal memiliki format penulisannya tersendiri.

Berikut ini contoh teks akademik berdasarkan struktur atau bagian-bagiannya.

I. Bagian Pendahuluan

Keberadaan lembaga pendidikan tinggi yang semakin marak muncul, menunjukkan semakin banyaknya competetion yang ada di lintas perguruan tinggi (Yulista, 2019). Hal itu menjadikan persaingan pada dunia pendidikan tinggi juga semakin ketat (Remiasa, 2005). Dalam tahun-tahun terakhir, Perguruan Tinggi terus melakukan beberapa pertimbangan untuk meningkatkan keberlanjutannya di bidang tata kelola kampus (Widiasih & Nuha, 2019). Untuk itu, sebuah organisasi di lembaga pendidikan, apalagi di perguruan tinggi swasta (PTS), pada dasarnya mempunyai kepentingan yang selaras dengan perusahaan (organisasi bisnis), yaitu berjuang agar tetap survive, dipandang oleh masyarakat, dan laku (Rofelawaty & Ridhawati, 2016). Dari berbagai PTS yang ada tentunya diinginkan agar bisa menjawab expektasi di masa depan (Nurdin & Dinnullah, 2017).

Perguruan Tinggi mempunyai daya tampung dan potensi besar dalam usaha meningkatkan kualitas, sebagai rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia (Satori, 2012). Perguruan tinggi sebagai agent of changes harus bisa menghasilkan output yang siap bersaing di tengah-tengah persaingan pasar global (Remiasa, 2005). Selain itu, perguruan tinggi diharuskan mampu menghasilkan produk-produk inovatif searah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan industri saat ini dalam upaya membangun keanekaragaman perubahan (Ary & Sanjaya, 2020). Namun nyatanya, data di Kemendiknas menyatakan, sekitar satu juta keluaran PTS sarjana pada tahun 2009 sampai saat ini belum mendapatkan pekerjaan (Agusti, 2012). Bagi PTS daerah yang belum kuat, disarankan agar berkolaborasi dengan PTS yang lebih besar atau dengan PTN yang membina, sehingga ikatan kemitraan tetap berjalan baik, dan mutunya tetap terjamin (Kartiwa, 2002; Dakir & Elbadiansyah, 2011).

Suatu instansi pendidikan harus dapat menyampaikan pemahaman terhadap masyarakat tentang agregat lembaga, dan lebih meningkatkan hubungan baik dengan stake holdersnya, universitas dalam maupun luar Negeri (Syamsuddin, 2018). Melalui kerjasama yang dimiliki yang diwujudkan dengan menjalankan promosi kerjasama atau kemitraan dengan lembaga dalam dan luar negeri (Husna, 2017: Dakir, 2018). Beberapa pendidikan tinggi di Indonesia masa kini telah memiliki dan melakukan program kemitraan pendidikan, baik antara perguruan tinggi nasional serta bermitra dengan perguruan tinggi di luar negeri (Munadi, Surakarta, & Khuriyah, 2019).

Hal tersebut direalesasikan karena kemitraan dengan masyarakat merupakan strategi penting sebagai bentuk dari tanggung jawab sosial perguruan tinggi untuk responsif terhadap kecenderungan terkini dan antisipatif terhadap perkembangan masa depan kehidupan masyarakat (Zuhriyah, 2016). Bagaimana melalui kerjasama atau kemitraan tersebut perguruan tinggi bisa membentuk calon sarjana yang siap kerja, bukan pengangguran yang bergelar. Sesuai dengan keadaan Negara, kebutuhan masyarakat dan beragam perkembangan juga perubahan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, untuk mewujudkan semua tuntutan masyarakat tersebut, perlu diwujudkannya kerjasama atau program kemitraan (Sari, 2018).
(Baharun, Septantiningtyas, and Zainab; 2020)

 

II. Bagian Tinjauan Literatur

Pendapatan Asli Daerah


Dasar hukum Pendapatan Asli Daerah terdapat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pengertian Pendapatan Asli Daerah terdapat dalam Pasal 1 UndangUndang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(Pesik, Saerang, and Manosoh; 2020)



Otonomi Daerah


Pengertian otonomi daerah menurut Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 junto Undang-undang nomor 32 tahun 2004 bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemberian kewenangan itu sendiri didasarkan kepada azas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah ini tentunya diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber-sumber keuangan sendiri dan juga didukung oleh perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.



Kemandirian Keuangan Daerah


Cohen (2016) menyatakan semakin besar jumlah penduduk maka suatu daerah akan menuntut pemerintah untuk mencukupi kebutuhan fasilitas publik. Adanya tuntutan tersebut maka pemerintah daerah akan meningkatkan kemandirian daerah dalam mencukupi kebutuhannnya. Sumber daya alam yang dimiliki suatu daerah akan menentukan tingkat penerimaan daerah. Penerimaan daerah yang bersumber dari sumber daya alam masing-masing daerah, tentunya mengindikasikan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah mempengaruhi kemandirian keuangan daerah (Taryoko, 2017: Hal tersebut mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pendapatan asli daerah yang merupakan faktor utama dari kemandirian keuangan daerah (Imawan dan Wahyudin, 2015 : 149).


III. Metode Penelitian


Untuk tahap ini penulis mengadakan suatu proses kegiatan penelitian dengan melakukan peninjauan ke lokasi di kecamatan baamang dan ketapang secara langsung untuk mencari dan serta mengumpulkan data-data yang ingin menentukan atlet silat mana yang pantas mendapatkan juara 1 atau peringkat yang pertama dari sekian banyak nya orang yang ikut serta dalam melakukan perebutan gelar juara tersebut (Situmorang, 2015). Untuk kesempatan saat itu penulis bertemu secara langsung dengan pihak penyelenggara mencari atlet silat se-Kotawaringin Timur untuk melakukan sesi tanya jawab mengenai hal-hal yang bisa bermanfaat untuk penyelesaian pada tahap proses perhitungan yang akan di lakukan dengan menggunakan metode yang sudah diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode SAW (Simple Additive Weighting). (Gunawan, Afrina, & Sofrawida, 2019).

Metode Penelitian Kasus Gambar 1 menunjukkan tentang penggambaran umum dalam menggunakan metode SAW untuk melakukan perhitungan yang akan dilakukan penulis. Penjelasannya yang akan diterapkan adalah:

1. Menentukan sebuah topik yang ingin diproses, latar belakang dari permasalahan, dan tujuan dalam melakukan penelitian ini.

2. Studi dari perumusan ini, yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan memperhatikan aspek-aspek yang berlaku dalam melakukan penelitian. Dan juga dalam prosesnya ini, setiap perhitungan akan ditemukan hasil atau bobot dari masing-masing. Sehingga dalam penyeleksiannya pun akan ditemukan, dengan adanya peringkat serta dapat mengetahui bobot nilai yang tertinggi dari 1 sampai 100 orang tersebut. Seleksi Atlet Silat yang digunakan di dalam penelitian (Hakim, Nurjaman, & Tampangela, 2018).
(H. Ruspendi Famly, Maulida, Putriana, and Ahmad; 2020)

 

IV. Bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kepercayaan Diri
Dengan menggunakan angket ternyata dapat diketahui bahwa kepercayaan diri siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II. Dengan melihat data angket diketahui rerata kepercayaan diri siklus I sebesar 77,35% dengan kategori baik dan sudah memenuhi indikator keberhasilan bahkan melebihi batas minimal indikator keberhasilan yaitu 75%. Kondisi awal ada beberapa pernyataan yang masih rendah yaitu siswa takut apabila dipercaya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, saat berdiskusi kelompok siswa berani untuk menyampaikan pendapatnya ketika mengalami kesulitan memahami materi, siswa memberanikan diri bertanya kepada guru. Setelah melakukan refleksi pada siklus I, kemudian dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Sedangkan pada siklus II rerata hasil presentase angket kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan menjadi 77,75% dengan kategori baik. Hal ini dapat dilihat pada grafik peningkatan kepercayaan diri siswa dengan menggunakan angket sebagai berikut.

2. Keaktifan
Pengukuran lembar observasi dilakukan pada pertemuan ke 1 dan 2 pada siklus I dan siklus II. Pengisian lembar observasi keakitfan siswa dilakukan secara langsung oleh dua observer. Hasil observasi pada siklus I menunjukan bahwa persentase 73,74%. Sedangkan pada siklus II keaktifan siswa yang diukur dengan lembar observasi mengalami peningkatan, yaitu dengan persentase 76,75%. Hal ini dapat dilihat pada grafik peningkatan keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut:

3. Prestasi Belajar
Meningkatnya kepercayaan diri dan keaktifan belajar siswa diikuti oleh peningkatan prestasi belajar siswa. Pada nilai tengah semester rerata 61,38 dan ketuntasan klasikalnya 15%. Hasil tes yang dilakukan pada siklus I dan siklus II menunjukan kenaikan, yaitu pada siklus I memperoleh rerata 68,25 dengan ketuntasan klasikalnya 60%, dimana siswa sudah mulai paham dan bisa menerapkan rumus keliling dan luas segitiga walaupun masih ada siswa yang belum begitu menguasai. Hingga pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik dengan rerata sebesar 78,25 dengan ketuntasan klasikalnya 80%. Untuk mengamati peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari grafik berikut.
(Puspitasari; 2018)


V. Bagian Kesimpulan

Dari hasil analisa pengujian yang sudah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Intensitas cahaya matahari dengan daya berbanding lurus, semakin besar intensitas cahaya maka akan semakin besar daya yang dihasilkan oleh modul surya.

2. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya yang dihasilkan oleh modul surya yaitu suhu, debu, kondisi cuaca, bayangan benda dan jarak antara matahari dengan posisi modul surya.

3. Modul surya tetap menghasikan daya listrik dalam kondisi cuaca yang mendung. Hal ini membuktikan bahwa solar cell jenis polycrystalline akan tetap menghasilkan daya listrik dalam kondisi tersebut.

4. Dalam pemilihan sudut kemiringan modul surya, hasil yang paling optimal adalah sudut 30° dengan daya maksimal dihasilkan sebesar 60.552 W dan daya rata-rata sebesar 32.15 W.

5. Efisiensi pada solar cell jenis polycrystalline memiliki efisiensi yang kecil dari data yang didapatkan selama pengujian. Daya maksimal yang didapatkan selama pengujian mendapatkan daya sebesar 60.522 W dari spesifikasi solar cell sebesar 100 Wp
(Huwaida; 2020)


TUGAS MAHASISWA (FORUM)

1.    Bagaimana tanggapan Anda terhadap teks akademik genre makro dan genre mikro? Jelaskan disertai contoh!

2.    Siapa saja yang dituntut untuk menghasilkan dan memanfaatkan teks akademik?


DAFTAR PUSTAKA 

Ayuningtyas, Lidya Pawestri dan Ina Sukaesih. 2021. Mudah Menerjemahkan Teks Akademik (Edisi  Revisi). Jakarta: PNJ Press.

Ekaputri, JJ., dan Astuti, I. 2016. Rahasia Menulis Artikel Jurnal. Bandung: Penerbit ITB.

FEB-UGM. 2016. Pedoman penulisan karya ilmiah: Skripsi, tesis, dan disertasi. Yogyakarta: FEB - UGM.

IPB. 2012. Pedoman penulisan karya ilmiah. Edisi 3. Bogor: IPB Press.

Kallistenova, E. Kalijernih. 2010. Penulisan Akademik: Esai, Makalah, Artikel Jurnal Ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Widya Aksara Press.

Sudariyanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press

Wiratno, dkk.. 2014. Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk Perguruan tinggi. Yogyakarta: Univ. Muhammadiyah Surakarta (UMS)

Zulfikar, Fahri. 2022. Cara Menghindari Plagiarisme di Dunia Akademik ala Pakar Unair diakses dari https://www.detik.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT DINAS

RAGAM DAN LARAS BAHASA INDONESIA