MENULIS KREATIF
MENULIS KREATIF
Karya kreatif tidak hadir begitu saja tanpa dipelajari atau dilakukan. Bahkan kreativitas tidak selalu berkutat pada bidang tertentu saja, seperti, seniman, penulis, desainer atau sineas film. Dalam dunia penulisan pun dibutuhkan proses kreatif. Tapi sayangnya, hari ini banyak orang gagal menemukan atau mengenali daya kreatif yang dimilikinya.
Menulis kreatif sebagai pembelajaran, subtansinya terletak pada proses menghasilkan tulisan-tulisan yang berbeda. Perbedaaan sebuah tulisan bisa terjadi akibat 4 (empat) aspek, yaitu: (1) perilaku dalam proses menulis yang berbeda; (2) batin yang mendasari proses menulis berbeda; (3) pikiran yang disajikan dalam tulisan tidak lazim; atau (4) karya atau buku yang dihasilkan pun berbeda.
Oleh karena itu, menulis kreatif harus dilihat sebagai kompetensi. Bukan pelajaran atau teori semata. Sama sekali tidak bermakna belajar menulis di ruang kelas, bila akhirnya tidak mampu membuat tulisan. Faktanya, berapa banyak orang pandai secara teori tapi gagal secara praktik. Berapa banyak orang pandai bicara tapi tidak mampu menulis. Itu artinya, mereka hanya “pandai” tapi “tidak kompeten”.
A. Pengertian Menulis
Proses kreatif merupakan cara-cara yang ditempuh oleh seseorang dalam menulis, mulai dari mendapatkan ide untuk ditulis, hingga menjadi sebuah tulisan yang utuh. Proses penulisan tersebut mulai dilakukan dengan upaya penemuan hal-hal yang belum pernah ditemukan orang lain. Oleh karena itu, proses penulisan dilakukan secara kreatif.
Menulis adalah suatu kegiatan berkomunikasi berupa sebuah penyampaian pesan yang berisi informasi secara tertulis dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media tempat menuangkan atau mengungkapkan sebuah gagasan dan pikiran yang dimilikinya. Kegiatan menulis melibatkan beberapa unsur yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca.
Menulis adalah sebuah proses kreatif untuk menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk sebuah bahasa tulis dalam tujuan, seperti memberitahu, menghibur, dan meyakinkan. Hasil dari proses kreatif juga biasa disebut dengan istilah sebuah karangan atau sebuah tulisan. Karangan dan tulisan mengacu pada hasil yang sama meskipun ada yang mengatakan bahwa karangan dan tulisan memiliki pengertian yang berbeda. Menulis sering dikaitkan dengan proses kreatif yang sejenis ilmiah. Sedangkan mengarang sering dikaitkan dengan proses kreatif yang berjenis nonilmiah. Menulis juga sering dikatakan sebagai kegiatan merangkai sebuah huruf menjadi sebuah kata atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain bisa memahaminya. Kegiatan ini membuat sebuah komunikasi antar penulis dan pembaca (Dalman, 2014:2).
Pengertian lain, menulis merupakan cara seseorang mengungkapkan ide, pikiran, perasaan kepada orang lain secara tertulis. Kemampuan menulis memiliki peran penting dan menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan belajar siswa, serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dikuasai setelah menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis sebagai keterampilan produktif yang menghasilkan sebuah karya dalam bentuk tulisan sehingga banyak yang menyebutkan bahwa keterampilan menulis tidak mudah dan perlu latihan, termasuk dalam menulis kreatif (Utami, 2017).
Menulis adalah sarana untuk mengembangkan daya pikir atau nalar seseorang dengan mengumpulkan sebuah fakta yang saling berkaitan kemudian menarik kesimpulannya. Menulis juga dapat memperjelas sesuatu kepada seorang penulis karena ide-ide dan gagasanya yang semula masih berantakan dan tidak runtut di dalam pikiran penulis dapat dituangkan melalui tulisan secara runtut dan sistematis. Dengan adanya kegiatan menulis, sebuah ide dan gagasan akan dapat dinilai dengan mudah (Wicaksono, 2014:10).
Menulis juga disebut dengan kegiatan ekspresif karena kegiatan menulis tersebut masuk ke dalam proses menulis yang memerlukan penjiwaan atau sebuah penghayatan dari penulisnya. Setiap penulis memiliki gaya tersendiri di dalam menulis. Bahkan ada sebuah tulisan yang temanya sama akan tetapi disajikan secara berbeda oleh penulisnya itu karena setiap penulis pasti memiliki gaya tersendiri di dalam menulis (Kurniasih, 2020:38).
Dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan rangkaian kegiatan berkomunikasi secara tidak langsung untuk mengungkapkan ide-ide dan pikiran yang disampaikan melalui bahasa tulis. Menulis tidak sama dengan mengarang dan tidak banyak orang bisa mengarang, karena untuk menjadi seorang pengarang diperlukannya bakat untuk mengarang. Tetapi, untuk menulis, seseorang yang berkeinginan melatih dirinya pasti akan bisa. Dengan menulis siswa dapat mengungkapkan ide-ide, gagasan, pemikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Menulis juga dapat mengembangkan dan meningkatkan daya berfikir anak yang kreatif, misalnya memberitahu, menghibur, dan meyakinkan. Dengan adanya kegiatan menulis di sekolah siswa akan memiliki kemampuan ide-ide, gagasan, dan kreativitas. Menulis juga dapat meningkatkan kecerdasan siswa, mengembangkan daya kreativitas, dan merangsang kemampuan serta kemauan siswa untuk mengumpulkan sebuah informasi.
B. Tujuan Menulis
Menulis bertujuan untuk memberikan sebuah informasi secara lengkap kepada pembaca agar bisa memperluas pengetauhan dan pengalamannya. Tujuan menulis bukan hanya sekadar untuk mengungkapkan sebuah ide-ide, gagasan, dan perasaan penulis saja, tetapi, tujuan menulis juga diarahkan untuk penyampaian sebuah pesan dan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca.
Tujuan menulis dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu, (1) menulis dengan tujuan untuk sebuah studi; (2) menulis untuk tujuan sebuah usaha; dan (3) menulis untuk tujuan sebuah kesenangan.
1. Tujuan menulis untuk studi
Seorang penulis akan menghasilkan buku-buku ilmiah seperti, buku-buku pengetahuan baik umum atau khusus, buku pelajaran, diktat, modul, skripsi, artikel jurnal, disertasi, tesis, dan lain-lain. Tulisan yang bertujuan untuk studi akan digunakan oleh siswa, mahasiswa, guru, dosen, ilmuan, dan masyarakat umum sesuai dengan apa yang dibutuhkan pembaca.
2. Tujuan menulis untuk usaha
Seorang penulis akan menghasilkan buku-buku ilmiah seperti, buku-buku motivasi dan buku-buku untuk profesi tertentu. Buku-buku untuk sebuah usaha biasanya disukai oleh masyarakat umum, khususnya yang memiliki sebuah usaha dan pekerjaan yang sesuai dengan profesi si pemabaca. Tujuan menulis untuk usaha ini lebih bersifat persuatif sehingga pembaca akan mempraktikkannya langsung dari hasil yang sudah dibacanya.
3. Tujuan tulisan untuk kesenangan atau hiburan
Seorang penulis akan menghasil sebuah tulisan karya nonilmiah seperti novel, naskah drama, puisi, cerpen, dan juga menghasilkan karya semi-ilmiah seperti majalah, surat kabar, dan lain-lain sebagai bacaan untuk mengisi waktu luang. Tulisan untuk kesenangan atau hiburan paling banyak disukai daripada tulisan yang bertujuan untuk studi atau usaha. Tulisan yang bertujuan untuk kesenangan lebih disukai oleh masyarakat umum dan berbagai kalangan baik menengah ke atas ataupun menengah ke bawah. Tulisan-tulisan tersebut menjadi tulisan best seller karena sangat banyak diminati oleh masyarakat umum (Dalman, 2015:8-9).
Armariena (2015;3) membagi tujuan menulis ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu sebagai berikuut.
1) Tujuan menulis adalah untuk memberikan sebuah informasi kepada pembacanya.
Seorang penulis bisa menyebarkan sebuah informasi melalui sebuah tulisan seperti wartawan di tabloid, koran, majalah atau media cetak lainnya.
2) Tujuan menulis untuk memberikan sebuah keyakinan kepada pembacanya.
Melalui sebuah tulisan seorang penulis bisa mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca sebuah informasi di koran tentang seorang anak terlantar pasti hatinya dapat tergerak untuk memberi bantuan kepada anak terlantar tersebut. Dalam hal tersebut seorang penulis berhasil meyakinkan pembaca.
3) Tujuan menulis untuk sarana pendidikan.
Tujuan menulis dapat membantu sarana pendidikan karena seorang guru dan peserta didik tidak lepas kaitannya dengan kegiatan menulis seperti mencatatat di buku, menulis soal, merangkum, dan mengerjakan sebuah soal.
4) Tujuan menulis untuk memberi sebuah keterangan.
Tujuan menulis untuk memberi sebuah keterangan lebih sering digunakan oleh seseorang yang mempunyai usaha atau masyarakat umum tujuaannya untuk mencatatat seseorang, barang, dan benda. Tulisan tersebut bertujuan untuk menjelaskan ciri-ciri, bentuk, warna, bahan, dan berbagi hal yang perlu disebutkan dari objek tersebut.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah suatu wadah yang sangat tepat untuk mengungkapkan atau menuangkan ide-ide, gagasan, dan perasaan seseorang karena dengan tulisan seorang penulis bisa berkaya atau menuangkan segala ide-ide yang ada di dalam diri penulis. Dengan adanya sebuah tulisan juga seseorang bisa mendapatkan sebuah informasi, motivasi, wawasan, dan ilmu-ilmu untuk pendidikan.
C. Manfaat Menulis
Selain memiliki tujuan, menulis juga mempunyai manfaat yang sangat positif. Menurut Sardila (2015:144), manfaat menulis adalah sebagai berikut.
1. Manfaat menulis untuk menghilangkan stres.
Dengan kegiatan menulis seseorang bisa mencurahkan perasaannya sehingga apa yang dirasakan seseorang bisa berkurang sedikit demi sedikit sejalan dengan tulisan yang ditulis. Tulisan yang dibuat tentang apa yang sedang seseorang rasakan ataupun menulis tentang hal lain yang bisa mengalihkan seseorang tersebut dari rasa stres. Dengan demikian kesehatan mental dan fisik kita akan lebih terjaga.
2. Manfaat menulis sebagai alat menyampaikan memori.
Dengan kegiatan menulis seseorang bisa menyimpan ide-ide atau suatu peristiwa yang pernah terjadi. Karena kapasitas ingatan seseorang terbatas, maka dengan menuliskannya seseorang bisa menyimpan memori itu lebih lama. Sehingga ketika seseorang membutuhkannya seseorang tersebut akan lebih mudah untuk menemukannya kembali. Contohnya, menuliskan kejadian-kejadian yang sangat berkesan di buku tulis harian, menuliskan pendapatan dan pengeluaran keuangan, menulis ilmu pengetauhan, menuliskan ide-ide atau gagasan, menuliskan sebuah rencana, targettarget, dan menuliskan sebuah komitmen.
3. Manfaat menulis untuk membantu memecahkan sebuah masalah.
Ketika seseorang ingin memecahkan suatu permasalahan, maka seseorang itu bisa membuat sebuah daftar dengan menuliskan hal-hal apa saja yang menyebabkan masalah itu terjadi dan hal-hal apa saja yang bisa membantu seseorang untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan cara seperti itu seseorang akan lebih mudah melihat permasalahannya dengan tepat yang pada akhirnya bisa memberi pemecahan permasalahan yang tepat dan dalam jangka waktu yang lebih cepat.
4. Manfaat menulis untuk melatih berfikir secara tertib dan teratur.
Pada saat seseorang membuat sebuah tulisan khususnya sebuah tulisan ilmiah atau sebuah tulisan untuk dipublikasikan, maka seseorang tersebut dituntut untuk membuat sebuah tulisan yang sistematis sehingga pembaca bisa lebih mudah mengerti dengan apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan penulis.
Pratiwi (2018) mengungkapkan bahwa manfaat menulis adalah sebagai berikut.
1) Manfaat menulis untuk mengetauhi potensi diri, pengetahuan, dan kemampuan seorang penulis tentang topik yang akan dipilih.
Pada saat mengembangakan sebuah topik penulis dipaksa untuk berfikir, menggali pengetahuan, dan pengalaman yang ada pada diri penulis.
2) Setelah mengembangkan berbagai gagasan penulis dituntut untuk bernalar mengaitkan fakta-fakta yang tidak pernah dilakukan kalau penulis tidak menulis.
3) Penulis lebih banyak mencari, menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan tersebut membuat penulis memperluas wawasannya baik secara teoritis maupun mengenai faktafakta yang berhubungan dengan topik yang ditulis.
4) Menulis dapat diartikan sebagai mengorganisasi gagasan secara sistematik serta mengungkapkan sesuatu dengan tersurat. Dengan menulis jika setiap asa permasalahan yang semula tidak jelas akan menjadi lebih jelas.
5) Melalui tulisan penulis bisa menjadi peninjau dan penilai secara objektif.
6) Menulis lebih memudahkan memecahkan sebuah masalah dengan menganalisanya dengan cara tersurat di dalam konteks yang lebih konkrit.
7) Seorang penulis menjadi lebih aktif dalam berpikir sehingga dapat menjadi seorang penemu sekaligus menjadi pemecah sebuah masalah, penulis bukan hanya sekedar penerima sebuah informasi yang pasif.
8) Kegiatan menulis membiasakan seorang penulis berfikir dan berbahasa secara tertib.
D. Menulis Kreatif
Menulis kreatif merupakan menulis yang ditujukan untuk menyampaikan ide-ide, perasaan, dan emosi. Menulis kreatif juga bukan hanya sekadar untuk menyampaikan sebuah informasi saja. Menulis kreatif adalah hasil perpaduan antara pengalaman dan imajinasi seseorang yang melahirkan ide-ide kreatif yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis kreatif juga harus memilki pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang penulis agar karya tulisan tidak semerta-merta berupa hasil khayalan semata. Menulis kreatif juga bisa dikatakan sebagai proses penuangan sebuah ide-ide ke dalam bentuk bahasa tulis yang tidak biasa, unik, dan sangat menarik untuk dibaca.
Arsanti (2018;76) menyatakan menulis kreatif adalah suatu kegiatan dalam menyampaikan sebuah ide-ide, pendapat, gagasan, pengalaman, pengetauhan, dan perasaan yang sangat membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas supaya dapat menghasilkan sebuah tulisan yang mempunyai arti yang jelas dan memberikan kesan tersendiri untuk pembacanya.
Menulis kreatif lebih cenderung memadukan antara pilihan kata denotatif dan pilihan kata konotatif. Pemilihan kosakata di dalam menulis kreatif berkaitan dengan kemampuan berbahasa, jika seorang penulis menggunakan kemampuan nalar maka penulis tersebut akan menggunakan pilihan kata bermakna sebenarnya denotatif, sedangkan jika seorang penulis menggunakan sebuah perasaan penulis akan menggunakan pilihan kata bermakna kias konotatif. Banyak sekali jenis tulisan sastra yang terus berkembang dengan menggunakan perpaduan nalar dan perasaan tersebut seperti prosa, naskah drama, dan puisi (Kurniawan; 2014).
Pada saat proses menulis kreatif, seseorang harus menuangkan ide-ide terbaru dan unik berdasarkan dari pengalaman yang pernah dialaminya. Ide-ide tulisan tersebut harus inovatif, baru, menghibur, dan menarik untuk dibaca. Menulis kreatif sebuah cerita fiksi harus berisi sebuah informasi yang harus ada dalam kalimat sebagai suatu yang dapat diterima dan menggunakan ekspresi-ekspresi yang diperbolehkan. Ekspresi-ekspresi tersebut berdasarkan pada curahan ide-ide seorang penulis.
E. Ruang Lingkup
Menulis kreatif lebih pas ketimbang penulisan kreatif. Karena menulis kreatif lebih ke proses, sedangkan penulisan kreatif bertumpu pada hasil. Menulis kreatif sesungguhnya adalah proses menuangkan ide atau gagasan sebagai wujud pengendalian pikiran-pikiran kreatif agar dapat menjadi tulisan yang baik dan menarik. Menulis kreatif menekankan pada sikap aktif seseorang untuk menulis, kemudian mampu menemukan proses kreatifnya agar tulisan menjadi baik dan menarik. Berbeda dengan "penulisan kreatif" kesannya terlalu statis. Penulisan kreatif lebih dekat ke karya yang sudah jadi, orientasinya pada hasil karya.
Umumnya, menulis kreatif terjadi pada penulisan sastra seperti puisi, cerpen, novel, drama, naskah sinetron. Tapi hari ini, menulis kreatif pun menjalar ke seluruh bidang kehidupan, seperti marketing, iklan, public relation, bahkan acara-acara TV yang banyak dihasilkan dari cara berpikir yang kreatif.
Menulis kreatif pada akhirnya adalah sinergi pembelajaran dan perilaku dalam menulis. Menulis yang tidak cukup hanya dipelajari tapi harus dilakukan. Menulis sebagai perilaku bukan pelajaran, untuk menulis apapun dengan cara yang beda dan menarik.
Jadi, menulis kreatif adalah proses yang apabila dilakukan dengan baik tahapannya secara konsisten maka akan menjadi keterampilan (skill) untuk melahirkan karya yang beda, yang memiliki "jalan kreatifnya" sendiri.
F. Mengapa Menulis Kreatif?
Di zaman now, di era seperti sekarang, kita tidak cukup hanya menulis atau menghasilkan ide. Tetapi juga diperlukan sikap kreatif yang terus-menerus. Sikap yang beda untuk membaca "pasar" dan menelurkan karya-karya millenial. Bayangkan jika kita memiliki kemauan dan kemampuan untuk membuat naskah untuk sinetron atau "short story" setingkat FTV.
Atau membuat puisi atau cerpen yang dapat dipublikasikan di media cetak. Sungguh, bukan hanya dapat oncome tapi bisa jadi peluang profesi yang ciamik (keren). Hampir semua orang terkenal di bidang seni atau sastra saat ini, adalah mereka yang memiliki mentalitas "kreatif" yang dipadu dengan keterampilan menulis. Jadilah karya buah tangan menulis kreatif yang luar biasa.
Mengapa menulis kreatif? Karena menulis kreatif memiliki dua poin penting, yaitu:
1) kemampuan menulis yang baik
2) kreativitas sebagai cerminan karya yang beda dibandingkan yang lain sehingga menarik perhatian orang lain.
Maka, sangat penting menggalakkan menulis kreatif. Menulis dengan cara yang beda. Ekspresikan tiap perasaan, pengetahuan, dan pengalaman yang kita punya dalam tulisan kreatif. Tulisan yang lebih estetis, lebih memberikan pengalaman batin kepada pembacanya. Zaman now, tiap orang boleh punya kehebatan masing-masing. Tapi itu semua tidak menjadi berarti bila tidak dituliskan. Perasaan, pengetahuan, bahkan pengalaman sehebat apapun, menjadi tidak berguna dan tidak diapresiasi orang lain karena tidak dituliskan. Ide dan gagasan sebesar apapun sama sekali tidak berguna jika hanya sebatas ide tanpa mau dituliskan secara nyata. Untuk itu, sangat dibutuhkan kemampuan "menulis kreatif".
G. Tahapan Proses Kreatif Menulis
Untuk dapat melakukan proses kreatif menulis dengan maksimal dan menghasilkan tulisan yang berkualitas, tentu dibutuhkan tahap demi tahapan untuk mencapainya. Berikut ini tahapan proses kreatif menulis yang bisa dilakukan oleh penulis.
1. Persiapan
Proses kreatif menulis dimulai dengan tahap persiapan. Di tahap ini, penulis harus menentukan terlebih dahulu proyek tulisan yang akan ditulis. Tentukan dulu apa yang akan dilakukan dan cari jalan untuk mencapainya. Misalnya ingin menulis tentang tulisan fiksi, nonfiksi, sejarah, atau lain sebagainya.
Di tahap persiapan proses kreatif menulis, motivasi sangat dibutuhkan. Hal ini karena motivasi bisa membuat kebiasaan menulis yang lebih disiplin sehingga target tulisan selesai tepat waktu dan tidak mengulur-ulur waktu terlalu lama. Kemudian penulis juga perlu memberi pertanyaan pada diri sendiri tentang persiapan lainnya. Lihat ke belakang, ingat apa hal yang sudah dilakukan sejauh ini dan pikirkan cara mendorong diri sendiri untuk mencapai sesuatu yang pernah berhasil dicapai. Hal ini akan lebih membuat penulis dapat menyelesaikan tulisan dengan baik.
Selain menentukan tujuan dan metode penulisan, penulis juga diminta mengubah karakter asli untuk beberapa bulan ke depan sehingga proyek tulisannya juga akan bisa diselesaikan tanpa mementingkan ego sendiri.
Selanjutnya, tentukan genre tulisan dan buat dengan kreativitas serta ide yang semenarik mungkin. Penulis juga bisa mencoba genre yang berbeda dengan tulisan sebelumnya untuk memacu rasa keingintahuan dan semangat untuk menulis.
2. Perencanaan
Tahap proses kreatif menulis selanjutnya adalah tahap perencanaan. Di tahap ini, penulis harus melakukan berbagai tahap, mulai dari riset dan pra-meditasi. Misalnya pada penulis buku non-fiksi, proses kreatif menulis biasanya berangkat dari pilihan topik. bukan dari struktur tulisan. Penulis kemudian mencari dan meneliti objek dari tulisannya tersebut.
Riset atau pencarian mater bisa melalui berbagai cara, misalnya wawancara, menyebar kuesioner, mencari jurnal atau arsip di perpustakaan, dan melakukan riset di berbagai medium. Penulis lantas baru bisa mulai mengelompokkan ide dan gambaran cerita yang mereka peroleh melalui brainstorming.
Sementara itu, untuk penulis buku fiksi, tahap yang dilalui sama persis antara rencana dan hasil tulisan. Ada pula penulis yang melakukan perencanaan sedikit, tetapi terus menulis dan terus maju sampai tulisannya selesai. Karena penulis buku fiksi memang lebih santai dan bisa mengembangkan ide gagasannya di tengah menulis.
Yang paling penting dari tahap perencanaan pada proses ini adalah eksplorasi yang dilakukan. Penulis seolah diminta melakukan perjalanan tanpa peta pada setiap kata atau kalimat yang ditulisnya untuk menemukan ide atau gagasan baru yang kemudian bisa dikembangkan menjadi satu kesatuan tulisan yang utuh.
Tak menutup kemungkinan, penulis juga memosisikan dirinya sebagai pembaca yang mana memiliki persepsi mengenai karakter dan jalan cerita baru bisa ditemukan setelah tulisannya disusun.
3. Inkubasi
Tahap selanjutnya adalah tahapan inkubasi dalam proses ini. Di dalam tahapan ini, penulis mulai sibuk bekerja dan menulis. Namun, akan ada masanya di mana penulis mengalami stagnasi dan kesulitan melanjutkan tulisan sehingga ide yang ia miliki jadi tidak berkembang, kalimat yang muncul mulai jelek, dan lain sebagainya.
Stagnasi ini akan terjadi di tahap inkubasi. Ketika hal tersebut terjadi, penulis tidak perlu khawatir. Biarkan saja proses ini berjalan karena pada dasarnya, melamun, tidak sadar, dan hal-hal yang membuat hidup terasa berhenti bisa jadi hal positif dalam hidup.
Meski kemampuan menulis seolah berhenti sesaat, sebaiknya jangan gunakan untuk mencari bahan lebih banyak atau membaca lebih banyak. Penulis hanya bisa melakukan rehat sejenak dan mulai menulis dengan mengalir tanpa mementingkan aspek-aspek sehingga tulisannya juga bisa berkembang lagi.
4. Mulai Bekerja
Tahapan yang paling penting dari proses ini adalah mulai bekerja atau menulis. Perlu diperhatikan oleh penulis bahwa memulai menulis bukan dari memulai dari sebuah kalimat pertama sebuah prosa atau buku lainnya. Biarkan buku atau kertas tetap bersih dan putih, dan kumpulkan tahap yang sebelumnya sudah dilakukan.
Kemudian buat coretan tentang plot atau kerangka tulisan, bisa dilengkapi dengan sketsa karakter atau deskripsi tentang karakter dan mulai kaitkan kalimat demi kalimat yang muncul di kepala kita. Proses ini bisa dilakukan sampai terbentuk pola yang membuat kita terpacu untuk melanjutkan tulisan.
Selanjutnya, proses ini bisa dilanjutkan dengan tahap mulai menulis ulang atau re-writing dengan beberapa kalimat yang sudah disusun menjadi baris kalimat yang memiliki makna. Kemudian, terus melangkah ke tahap penulisan berikutnya dan tulisan akan mengalir dengan sendirinya.
Di tengah proses menulis, akan muncul saat di mana penulis perlu membentuk ulang struktur tulisan, baik komposisi tulisan dan sebagainya sehingga harus mulai dari awal lagi. Itulah yang dinamakan proses kreatif menulis karena tidak ada kata memulai atau mengakhiri yang sebenarnya, melainkan terus melakukan perubahan hingga naskah selesai.
5. Lancar Menulis
Ketika proses ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, maika selanjutnya tidak akan terjadi banyak kesulitan di dalamnya. Setidaknya, penulis akan tetap menikmati aktivitas eksplorasi cerita dan rasa keingintahuannya yang nantinya hasilnya akan terasa di waktu terakhir nanti. Oleh sebab itu, penting bagi penulis untuk menjaga alur cerita, termasuk bagaimana jumlah kata, jam kerja, dan bagaimana dapat menulis secara bebas dan cepat tanpa melakukan re-writing sampai tulisan selesai. Jika menemui kesulitan, penulis bisa rehat sembari berjalan-jalan mencari inspirasi.
Menurut para psikolog, dalam menjalankan proses ini dibutuhkan fokus yang tinggi dan memang tujuannya tidak hanya untuk tulisan tetapi juga mengukur sejauh mana kemampuan otak sang penulis dan tulisan baru akan jadi hasilnya dengan baik setelah semua berhasil terlewati. Ketika pikiran tidak fokus dan banyak gangguan, maka mental penulis akan berubah dan mungkin akan mengalami masalah saat menulis. Saat fase inilah, dibutuhkan praktik belajar menulis terus-menerus agar target tulisan bisa diselesaikan dengan baik. Jangan khawatir, ritme ini biasanya selalu dialami penulis dan akan bisa diselesaikan juga.
6. Diam Mencari Ide
Ketika di tengah proses kreatif menulis mendapati tulisan yang tidak struktur, penulis juga tak perlu khawatir. Sama halnya seperti proses hidup, proses ini akan ada saatnya jadi menyenangkan, ada juga saatnya jadi berat. Ketika menghadapi hambatan dan masalah sampai otak seolah berhenti menyuplai kosakata, berhentilah menulis.
Akhiri dulu aktivitas menulis dengan pergi jalan-jalan atau makan makanan enak. Penulis juga bisa menonton film dan melakukan hobi lainnya untuk memberi kesempatan otak dan diri penulis kembali terisi. Setelah itu, proses diam sejenak tadi akan membuat otak semakin jernih dan lancar sehingga bisa menulis kembali.
7. Kemajuan dan Kalimat Akhir
Dalam proses kreatif menulis, yang diraih tidak hanya memiliki kemajuan atau peningkatan menulis, tetapi lebih ke bagaimana perasaan ingin membuat tulisan menjadi satu kesatuan yang utuh dan lengkap dengan konsep yang sudah dirancang sesuai dengan yang kita inginkan sejak awal.
Di proses ini, penulis bisa mengukur sejauh mana hasil kerja tercapai dan sesuai atau tidak dengan target awal menulis. Sekali penulis sudah melakukan sebuah kemajuan, maka mereka tidak kembali ke kualitas awal mereka sehingga kualitasnya dinilai lebih baik secara keseluruhan dan bisa terus ditingkatkan.
Bagi sebagian besar penulis, dalam proses ini tidak ada hal yang berakhir. Ketika tulisan selesai, mereka akan kembali merevisi hasil kerjanya. Setelah karya tayang, mereka harus melakukan evaluasi mengenai kekurangan karya yang mereka buat.
8. Judul
Hal yang tak kalah penting pada proses ini adalah pembuatan judul. Karena judul menjadi kesan pertama pembaca apakah karya sastra atau tulisan yang disajikan menarik atau tidak. Untuk membuat judul, bisa saja penulis mengikuti pengarang-pengarang terdahulu. Tetapi, akan lebih baik ketika penulis mampu menyampaikan frase kalimat kita sendiri dan membuat frase kalimat tersebut memuat mengenai informasi menarik tentang isi di dalam tulisan yang sudah terbentuk. Judul yang menarik akan membuat pembaca semakin tertarik membaca tulisan.
H. Menjadi Penulis Kreatif
Menulis kreatif bukan sekadar menjawab kaidah what, when, why, who, where, dan how atau yang biasa disingkat dengan 5W + 1 H. Ada unsur estetika yang berbeda di tiap orang tergantung dari pengalaman, lingkungan, dan keadaan ketika menulis. Namun, agar hasilnya misalnya seperti naskah drama, film, novel, atau puisi, dapat dinikmati publik, diperlukan kedisiplinan dan kepekaan atas masalah.
Kepekaan atas masalah bukan sebatas yang sifatnya pribadi, melainkan juga masyarakat. Agar lebih peka terhadap sekitar, diperlukan langkah-langkah yang tepat, yaitu sebagai berikut.
1. Pahami Topik yang Akan Ditulis
Sebagai langkah awal, memahami topik yang akan ditulis sangat penting. Contohnya, bila kita ingin menulis karya sastra prosa dengan genre horor, kita bisa memanfaatkan penulis-penulis terkenal sebagai referensi. Horor sendiri bukan hanya makhluk yang menyeramkan, melainkan juga bisa berupa keadaan sosial atau penyakit masyarakat. Hal ini bisa kita temukan dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer, seperti Bumi Manusia (2019), yang mengangkat masalah budaya patriarki atau Fyodor Dostoevsky pada Crime and Punishment (2002) yang mengungkap kemiskinan sebagai motif pembunuhan.
2. Ketahui Target Audiens
Langkah selanjutnya adalah mengetahui target audiens atau pembaca. Hal ini akan membantu kita untuk menyesuaikan gaya penulisan, masalah, dan topik yang diangkat sehingga hasil tulisan tidak salah sasaran. Selain itu, kita juga harus melakukan riset karena situasi dan kondisi zaman selalu berubah. Contohnya, bila kita ingin menulis untuk kalangan remaja, kita harus mengetahui keresahan mereka di masa sekarang. Kita tentu tidak bisa menyamakan kisah cinta tahun 90-an dalam novel "Dilan: Dia adalah Dilanku" (2015) karya Pidi Baiq dengan "Romeo and Juliet" (1597) yang ditulis Shakespeare di abad ke-16.
3. Minta Pendapat dan Kritik dari Orang lain
Agar tulisan lebih bagus, kita juga bisa mengikuti seminar atau komunitas menulis untuk mendapat umpan balik. Kita juga bisa mengikuti kelas penulisan yang diadakan oleh penerbit atau datang ke acara yang diusung penulis. Biasanya, mereka akan memaparkan masalah-masalah pada proses kreatif. Di sana, kita juga bisa bertanya dan mendapat tips-tips berharga.
4. Premis sebagai Inspirasi Menulis
Apabila mengalami kesulitan menulis, kita bisa mencari premis-premis yang sekiranya tepat dan menginspirasi. Tanpa disadari kita bisa menggunakan lingkungan sekitar sebagai premis cerita. Jangan sampai kita terlalu sibuk dengan imajinasi, kemudian luput dengan apa yang sedang terjadi di sekeliling kita.
5. Lakukan Manajemen Waktu
Salah satu cara paling efektif dan efisien untuk menulis adalah membuat jadwal. Kita bisa membuat target harian terkait capaian jumlah kata tertentu atau jangka waktu penulisan. Kedisiplinan ini akan membuat kita terbiasa dengan tenggat waktu. Meski begitu, jangan lupa juga untuk memberi diri hadiah sebagai apresiasi sehingga kita tidak merasa overwhelmed (Kewalahan).
6. Sunting dan Tulis Kembali
Menyunting dan menulis kembali bukan berarti tulisan kita buruk. Pada draft pertama, pasti banyak kesalahan seperti: tata bahasa, ejaan, dan penulisan kalimat yang akan diperbaiki saat menyunting. Sebelum memulai tahap penyuntingan, pertimbangkan untuk istirahat sejenak dari tulisan. Hal ini membantu kita menjadi lebih objektif saat menyunting.
7. Terus Menulis
Kemampuan menulis tidak datang dalam semalam. Untuk itu, biasakan diri menulis segala sesuatu yang sedang terjadi, baik sekadar catatan singkat atau kegiatan yang akan dilakukan.
8. Publikasi yang Tepat
Cari penerbit yang cocok dengan ideologi dan genre yang kita tulis. Itu sebabnya, kita harus mencari tahu terlebih dahulu latar belakang dan target konsumen penerbit sehingga tulisan yang sudah dibuat tidak sia-sia. Kita bisa juga menerbitkannya secara independen, tanpa bekerja sama dengan penerbit. Ini berarti, kita bertanggung jawab penuh atas karya, biaya cetak, promosi, dan pemasaran tulisan.
9. Pendidikan
Memang tidak semua penulis lahir dari jalur pendidikan. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk belajar dari sisi akademik. Dengan menempuh jalur pendidikan, kita tidak hanya diajarkan menulis kreatif, melainkan juga menganalisis karya-karya yang mampu mewakilkan ideologi dan gagasan zaman.
I. Contoh Menulis Kreatif
Berikut ada beberapa contoh karya kreatif dari seorang penulis kreatif.
Contoh 1:
- Menulis biasa
"Malam gelap dan hujan turun sangat lebat sehingga membuat jalanan berlumpur"
Karya Anton Chekhov (Sastrawan Rusia)
- Menulis kreatif
"Tiada bulan, tiada bintang. Tiada warna, tiada bayang, tiada satu titik terang. Semua tenggelam dalam kegelapan merata tiada terbaca. Orang melihat dan melihat, tetapi tak satu pun terlihat, seolah mata ini telah dicungkil dari sarangnya. Hujan seperti dicurahkan dari langit"
Karya Anton Chekhov (Sastrawan Rusia)
Contoh 2:
- Menulis biasa
"Bulan nampak putih bulat dilangit. Disekitarnya ada awan tipis yang tampak mengitari"
- Menulis kreatif
"Sinar rembulan menguak dari bakik awan tipis. Cahayanya perlahan menembus dedaunan pohon cemara dimana aku dan kekasih hati duduk bercengkrama. Tetes embun malam mulai menepis longgar bulu dan kulit wajah dan tanganku.
Contoh 3:
Anda dapat melihat sebuah peristiwa yang menurut Anda layak untuk ditulis. Cerita tersebut dapat anda imajinasikan atau fantasikan sebelum tertuang dalam bentuk tulisan. Tulisan tersebut dapat Anda tuliskan dalam bentuk puisi atau prosa (cerpen, novel, cerita bergambar, dll).
Contoh 4:
Anda dapat menulis dari hasil perenungan. Perenungan adalah sebuah proses yang digunakan untuk memilih atau menyaring berbagai informasi seperti masalah, ide-ide, dan gagasan yang sangat menarik yang telah didapatkan dari tema. Setelah itu, barulah merenungkan dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yang Anda miliki. Kemudian, lakukan penulisan dengan cara mencari dan menemukan sebuah kata atau kalimat yang tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan untuk dibaca.
Contoh 5:
Anda dapat menulis dalam bentuk ilmiah atau semi-ilmiah sesuatu yang Anda amati secara kontinu atau berkelanjutan dengan mengumpulkan fakta dan data yang konkret.
Catatan:
Menulis kreatif sesungguhnya menuangkan ide atau sebuah gagasan sebagai ungkapan yang terselubung, mungkin lebih kepada makna yang tersembunyi terikat rangkaian kalimat yang unik dan berbeda. Gampangnya menuangkan ide dan gagasan sebagai bentuk pengendalian pikiran diri sendiri untuk pembaca.
Dalam pengendalian wujud kalimat yang indah tidak segampang menulis pengumuman atau pemberitahuan. Menulis Kreatif tidak hanya dibutuhkan konsentrasi saja, itulah sulitnya menciptakan sebuah kalimat yang begitu unik, asyik, dan berasa hidup ketika dibaca.
Lihat saja ada berbagai karya tulis kreatif berupa puisi yang ketika dibaca akan menyentuh bahkan berlinanglah airmata. Bisa disimpulkan bahwa menulis semacam itu seolah dibutuhkan roh atau jiwa bagi penulisnya.
Ada tulisan begini:
"Aku tidak terlalu paham apa yang dia rasakan tapi aku mengerti setelah aku membaca tulisannya"
Mungkin itulah yang diharapkan bagi penulis kreatif. Mereka bisa membuat banyak kalimat indah tertata dengan susunan alur yang benar-benar beda dari yang lain. Walapun sebanyak itulah kalimat yang ia buat untuk mewakili salah-satu perasaannya. Ya, itu mungkin saja terjadi, sebab dengan kalimat-kalimat itulah mereka telah merasa apa yang dirasa sudah cukup terwakili dengan sebuah maha karya tulisnya.
Bagi yang masih ingin membuat tulisan kreatif saya ada saran yang harus kamu ikuti yaitu akali masa stagnan kalian dengan terus menulis walaupun hanya sekadar tulisan kecil. Jangan terlalu memaksakan diri, tenanglah sebab dengan tulisan-tulisan kecil itulah yang akan menjadi rangka sebelum membuat tulisan kreatif. Dan yang terakhir yang harus kamu patuhi adalah bersabarlah dan terus belajar menulis. Jika itu masih berat bagimu maka bacalah beberapa buku dan disanalah ide akan menyambutmu.
Tidak semua usahamu itu akan membuahkan hasil secara instan, yakinlah semua usaha sedikitnya akan memberimu pengalaman dan ilmu, yang jelas usaha tidak seperti mantan yang sudah mengkhianatimu, setahu saya usaha yang serius pasti akan membuahkan hasil yang luar biasa.
TUGAS MANDIRI MAHASISWA
A. Esai
Menulis kreatif dimulai dari proses berpikir kreatif, yaitu bagaimana cara yang ditempuh oleh seseorang dalam menulis, mulai dari mendapatkan ide untuk ditulis, hingga menjadi sebuah tulisan yang utuh. Proses penulisan tersebut mulai dilakukan dengan upaya penemuan hal-hal yang belum pernah ditemukan orang lain. Oleh karena itu, proses penulisan dilakukan secara kreatif.
Anda ditugaskan menulis kreatif melalui proses pengamatan. Proses pengamatan yang boleh Anda tulis, temanya sesuai dengan yang tercantum di bawah ini. Pilih tema sesuai yang Anda inginkan.
1. Kecanggihan Iron Dome
2. Sejarah literasi Indonesia menuju kemerdekaan RI 1945
3. Mampukah Indonesia membuat internet sendiri?
4. Dunia tanpa internet.
5. Puisi tentang Palestina
6. Cerpen tentang kisah sedih di balik penjajahan Belanda di Indonesia.
7. Zat kimia yang mematikan
8, Sebab meninggalnya presiden Iran, Ebrahim Raisi.
B. Kuis Benar atau Salah (True or False)
1. Menulis adalah sebuah proses kreatif untuk menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk sebuah bahasa tulis dalam tujuan, seperti memberitahu, menghibur, dan meyakinkan.
2. Perbedaaan sebuah tulisan bisa terjadi akibat: perilaku dalam proses menulis yang berbeda; menulis untuk memberi sebuah keterangan; pikiran yang disajikan dalam tulisan tidak lazim; karya atau buku yang dihasilkan pun berbeda.
3. Seorang penulis akan menghasilkan buku-buku ilmiah seperti, buku-buku pengetahuan baik umum atau khusus, buku pelajaran, diktat, modul, skripsi, artikel jurnal, disertasi, tesis, dan lain-lain, merupakan tujuan menulis untuk studi.
4. Seorang penulis akan menghasilkan sebuah tulisan karya nonilmiah seperti novel, naskah drama, puisi, cerpen, dan juga menghasilkan karya semi-ilmiah seperti majalah, surat kabar, dan lain-lain sebagai bacaan untuk mengisi waktu luang, merupakan tujuan menulis untuk usaha.
5. Pemilihan kosakata di dalam menulis kreatif berkaitan dengan kemampuan berbahasa, jika seorang penulis menggunakan kemampuan nalar maka penulis tersebut akan menggunakan pilihan kata bermakna sebenarnya atau konotatif.
6. Jika seorang penulis menggunakan perasaan dalam menulis maka penulis akan menggunakan pilihan kata bermakna kias atau konotatif.
7. Menulis kreatif lebih tepat dibandingkan dengan penulisan kreatif. Karena menulis kreatif bertumpu pada hasil, sedangkan penulisan kreatif lebih ke proses.
8. Umumnya, menulis kreatif terjadi pada penulisan sastra seperti puisi, cerpen, novel, drama, naskah sinetron. Tapi hari ini, menulis kreatif pun menjalar ke seluruh bidang kehidupan, seperti marketing, iklan, public relation, bahkan acara-acara TV yang banyak dihasilkan dari cara berpikir yang kreatif.
9. Penulis harus menentukan terlebih dahulu proyek tulisan yang akan ditulis. Tahap ini disebut tahap perencanaan.
10. Akan ada masanya di mana penulis mengalami stagnasi dan kesulitan melanjutkan tulisan sehingga ide yang ia miliki jadi tidak berkembang, kalimat yang muncul mulai jelek, dan lain sebagainya. Tahap ini disebut tahap inkubasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, Wicaksono. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: Garudhawaca.
Armariena, D. N. 2015. Pengaruh Strategi Herringbone dan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 45 Palembang. Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang.
Arsanti, Meilan. 2018. “Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Penulisan Kreatif Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius bagi Mahasiswa Prodi PBSI, FKIP, Unissula”. Jurnal Kredo, (1), (2), April 2018, 71-90
Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
--------------. 2015. Penulisan Populer. Depok: P.T. Raja Grafindo Persada
Kurniasih, D. A. 2020. Pembiasaan Menulis Buku Harian untuk Meningkatan Kemampuan Menulis Narasi bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sukorejo. Jurnal Profesi Keguruan., 6(1), 36–44.
Kurniawan, H. 2014. Pembelajaran Menulis Kreatif. Bandung: Remaja Rosdakaya.
Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Makasar: Sahabat Pena. ISBN 978-623-7440-11-6
Sardila, V. 2015. Strategi Pengembangan Linguistik Terapan melalui Kemampuan Menulis Biografi dan Autobiografi: Sebuah Upaya Membangun Keterampilan Menulis Kreatif Mahasiswa. Jurnal Pemikiran Islam, 40 (2). 110-117.
Utami, Ayu. 2017. Menulis dan Berpikir Kreatif 2. Jakarta: Gramedia
Air Mata di Bawah Langit Oranye
BalasHapusLangit pagi di desa Kembang berwarna jingga, semburat mentari yang terhalang kabut tipis. Namun, di balik keindahan panorama itu, tersembunyi duka mendalam yang menyelimuti hati Larasati. Gadis ayu berusia 15 tahun ini termenung di beranda gubuk reyotnya, tatapannya kosong menerawang ke sawah padi yang menguning.
Larasati teringat kejadian semalam. Suara teriakan dan tangisan mewarnai desanya. Para lelaki desa, termasuk ayahnya, ditangkap paksa oleh tentara Belanda. Mereka dipaksa bekerja rodi membangun jalan tanpa upah, tanpa belas kasihan.
Sejak Belanda menjajah desa Kembang, kehidupan rakyat kian sengsara. Tanah mereka dirampas, hasil panen dibayarkan dengan pajak tinggi, dan kini, laki-laki desa menjadi budak bagi penjajah. Larasati hanya bisa meratapi nasibnya dan rakyat desanya.
Ia teringat cerita neneknya tentang masa lampau, saat desa Kembang masih damai dan sejahtera. Rakyat hidup bersukacita, hasil panen melimpah, dan anak-anak bebas bermain di sawah. Tapi semua itu sirna sejak Belanda datang.
Larasati menggenggam erat kalung pemberian ayahnya, sebuah liontin mungil berukir bunga melati. Liontin itu menjadi satu-satunya pengingat kasih sayang ayahnya. Ia berjanji pada diri sendiri untuk kuat dan tegar. Ia akan menjaga ibu dan adik-adiknya, dan ia akan terus berharap suatu saat nanti, desanya akan terbebas dari cengkeraman penjajah.
Hari-hari kian berat. Larasati harus bekerja keras di sawah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia tak kenal lelah, demi sesuap nasi dan setetes air untuk diminum. Di malam hari, ia sering terbangun karena suara tangisan pilu dari ibu dan adik-adiknya yang kelaparan.
Suatu hari, Larasati mendengar kabar bahwa para pejuang dari desa tetangga melawan Belanda. Hatinya berbunga-bunga. Ia berharap, ini awal dari perjuangan untuk merebut kembali kemerdekaan desa Kembang.
Larasati pun memutuskan untuk bergabung dengan para pejuang. Ia nekat meninggalkan desanya, mengabdikan diri untuk melawan penjajah. Ia ingin melihat kembali senyum di wajah rakyatnya, ingin mendengar tawa anak-anak yang bermain bebas di sawah, dan ingin merasakan kembali hangatnya kasih sayang ayahnya.
Perjalanan Larasati penuh rintangan. Ia harus bersembunyi dari kejaran tentara Belanda, kelaparan, dan kelelahan. Namun, tekadnya tak pernah surut. Ia terus maju, demi cita-citanya untuk membebaskan desanya.
Perjuangan Larasati dan para pejuang tak sia-sia. Belanda akhirnya angkat kaki dari desa Kembang. Rakyat desa bersorak kegirangan. Air mata bahagia mengalir di pipi Larasati. Ia telah menepati janjinya untuk membebaskan desanya.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Larasati terluka parah dalam pertempuran terakhir melawan Belanda. Ia tak bisa diselamatkan. Di saat-saat terakhirnya, Larasati melihat senyum di wajah ibu dan adik-adiknya. Ia pun tersenyum, dan menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.
Larasati gugur sebagai pahlawan desa Kembang. Kisah sedihnya menjadi pengingat bagi generasi penerus tentang kekejaman penjajahan dan perjuangan rakyat untuk meraih kemerdekaan. Semangatnya akan selalu hidup, menebar benih-benih keberanian dan harapan di hati rakyat Indonesia.