TATA TULIS RAGAM ILMIAH

 TATA TULIS RAGAM ILMIAH

Gambar 1

Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku, maupun terjemahan, baru dapat disebut karya tulis ilmiah bila sedikitnya memenuhi tiga syarat berikut

1) Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.

2) Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode (berikir) ilmiah.

3) Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai satu sosok tulisan ilmiah.

Penulisan ilmiah di samping harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu PUEBI. Di samping penggunaan bahasa, penulis juga dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Bentuk dan format penulisan ilmiah sangat beragam, mulai dari laporan ilmiah berbentuk buku, makalah atau artikel sampai dengan gagasan yang ditulis melalui media massa. Bentuk dan format tersebut disesuaikan dengan tujuannya. Namun begitu, pada umumnya, akan terdapat sebuah patokan dalam teknik penulisan ilmiah.

Patokan secara umum teknik penulisan ilmiah dapat kita baca dalam buku yang berjudul Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang dikarang oleh Drs. H. Yakub Nasucha, M.Hum., Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum. dan Drs. Agus Budi Wahyudi, M.Hum. bahwa bahan untuk menulis karya ilmiah berupa kertas HVS berukuran kuarto (21,5 cm x 28 cm) antara 70–80 gram. Pengetikan dengan huruf times new roman atau arial 12 poin, kecuali untuk pengetikan judul dapat 14–16 poin. Jumlah halaman makalah 15–25 halaman, skripsi 30–60 halaman, tesis 150–200 halaman, dan disertasi sekitar 300 halaman atau lebih. Agar halaman karya ilmiah terlihat rapi, sebaiknya gunakanlah kertas yang sesuai dengan ukuran. Garis pembatas kertas bersifat standar dengan ukuran margin atas 4 cm, margin bahwa 3 cm, margin kiri juga 4 cm, serta margin kanan 3 cm.

Angka yang lazim digunakan dalam karya ilmiah adalah angka romawi kecil, angka romawi besar, dan angka Arab. Angka romawi kecil seperti i, ii, iii, iv, dan seterusnya dipergunakan untuk memberi nomor halaman judul, abstrak, daftar isi, dan sebagainya. Angka romawi besar, seperti I, II, III, dan seterusnya digunakan untuk memberi nomor pada bab pendahuluan, landasan teoretis, metodologi penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran. Misalnya, BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1,2,3,…) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai halaman terakhir. Semua nomor halaman berangka Arab tersebut harus diketik di sebelah kanan atas, kecuali untuk halaman judul bab ditulis di tengah bawah. Lalu, sistem penomoran pada karya ilmiah mengikuti standar berikut:

a. Tingkat pertama menggunakan angka romawi besar, contoh: I, II, III

b. Tingkat kedua menggunakan huruf Latin besar, contoh: A, B, C

c. Tingkat ketiga menggunakan angka Arab, contoh: 1, 2, 3

d. Tingkat keempat menggunakan huruf Latin kecil, contoh: a, b, c

e. Tingkat kelima menggunakan angka Arab dengan selalu satu kurung tutup,

contoh: 1), 2), 3)

f. Tingkat keenam menggunakan huruf Latin kecil dengan satu kurung tutup,

contoh: a), b), c)

g. Tingkat ketujuh menggunakan angka Arab dengan dua kurung, contoh: (1), (2), (3)

h. Tingkat kedelapan menggunakan huruf Latin kecil dengan dua kurung,

contoh: (a), (b), (c)

 

A. Penulisan Judul, Bab, dan Subbab

1. Judul bab

Judul bab diketik dengan huruf kapital seluruhnya dan diletakkan pada tengah halaman kertas dengan huruf times new roman atau Arial yang telah ditebalkan.

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

2 Judul subbab

Pada judul subbab, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf kapital (kecuali preposisi dan konjungsi) dan ditebalkan lalu diletakkan di tengah halaman.

Contoh:

A. Latar Belakang Masalah

 

3. Judul Sub-subbab

Huruf pertama pada setiap kata berhuruf kapital, ditebalkan, dan ditulis di sebelah kiri halaman.

Contoh:

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESA

 

            A.  Landasan Teori

            1. Kemampuan Menulis

            a. Pengertian Menulis

 

B. Teknik Penulisan Kutipan

Menyisipkan kutipan-kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah bukanlah merupakan suatu keaiban bahkan tindakan mengutip dalam penulisan karya ilmiah dibenarkan. Tidak jarang, pendapat, konsep, dan hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik, dipertentangkan, atau diperkuat. Tindakan ini untuk memberikan kejelasan tentang topik yang sedang dikerjakan, bahkan memberikan penanda  penulis menguasai informasi yang sudah ada, bahkan penulis bisa mengaitkan dengan informasi yang ada tersebut dengan topik yang sedang dikerjakan. Namun demikian, kita hanya mengutip kalau memang perlu. Janganlah tulisan kita itu penuh dengan kutipan. Di samping itu, kita juga harus bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan terutama kutipan yang tidak langsung.  

Kutipan adalah salinan kalimat, paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, baik yang melalui media cetak maupun elektronik. Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat pembuktian, dan kejujuran menggunakan sumber penulisan. Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat atau pendapat seseorang pengarang atau ucapan seseorang yang ahli  dalam bidang yang sedang ditulis. 

Tindakan mengutip bukan semata-mata meniru teks orang lain. Tindakan mengutip bukan untuk kesombongan, bahwa penulis memajang sejumlah pustaka yang dikuasai. Akan tetapi, sebenarnya, penulis telah melakukan tindakan dengan itikad baik, sebab penulis telah meneliti informasi yang ada dan telah ditulis oleh orang lain. Selain itu, kutipan juga dapat berfungsi sebagai landasan teori, sebagai penjelasan, serta sebagai penguat pendapat yang dikemukakan penulis. Namun, terlepas dari itu semua, tindakan mengutip harus dilakukan agar pembaca mengetahui bahwa informasi yang disampaikan oleh penulis berhubungan dengan informasi yang ditulis oleh orang lain. Tindakan mengutip tentunya juag mengandung tujuan tertentu, yaitu selainj untuk memperkuat pendapat penulis, juga bisa membedakan dengan pendapat penulis, bahkan untuk menyanggah pendapat seseorang.

Jenis kutipan ada dua, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung, yaitu penulis menulis apa adanya teks yang dikutip. Penulis tidak mengubah kata-kata atau ejaan yang digunakan dalam teks yang dikutip. Sementara itu, kutipan tidak langsung adalah penulis menuliskan intisari dari pendapat yang ada di sumber kutipan. Kutipan langsung terkadang memang diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin membuat pernyataan yang otentik, yang bila disalin dalam bentuk pernyataan yang lain, akan kehilangan keotentikannya. Kutipan tidak langsung diperlukan juga karena seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat orang lain dalam bahasa ilmuwan itu sendiri yang mencerminkan kepribadiannya. Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis dengan kata-kata/kalimatnya sendiri.

Tata cara penulisan kutipan langsung yang kurang dari lima baris yaitu kutipan tersebut diintegrasikan dengan teks penulis, jarak antarbaris berspasi ganda/dua spasi, kutipan diapit dengan tanda kutip “…”, dan di akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, diakhiri dengan tanda kurung tutup, contoh;

…………………………………………………………………………………………..

Amir mengatakan, “Bahasa Rusia merupakan rumpun bahasa Slavia yang paling banyak dipertuturkan. Bahasa Rusia termasuk kelompok Timur bahasa-bahasa Slavia rumpun bahasa Indo-Eropa, sehingga berkerabat dengan bahasa Sansekerta, Yunani, dan Latin” (2006:285).

Berikutnya, tata cara penulisan kutipan langsung yang lebih dari empat baris, kutipan harus dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi, jarak antarbaris satu spasi, kutipan boleh diapit dengan tanda kutip, di akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung tutup; dan seluruh kutipan menjorok ke dalam 5–7 huruf/karakter, bila paragraf baru yang dikutip, baris pertama ditulis 5 – 7 huruf/karakter.

Contoh:

……………………………………………………………………………………………. sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Amir berikut.

“Bahasa Rusia merupakan rumpun bahasa Slavia yang paling banyak dipertuturkan. Bahasa Rusia termasuk kelompok Timur bahasa-bahasa Slavia rumpun bahasa Indo-Eropa, sehingga berkerabat dengan bahasa Sansekerta, Yunani, dan Latin. Dalam rumpun bahasa Slavia, bahasa Rusia berkerabat dengan bahasa-bahasa Slavia Timur, yaitu bahasa Belarus dan bahasa Ukraina. Seperti kedua bahasa ini, bahasa Rusia ditulis menggunakan abjad Sirilik yang terdiri dari 33 huruf. Bahasa Rusia merupakan perpaduan bahasa Sansekerta di wilayah Timur serta Yunani dan Latin di wilayah Barat. Terjadinya perpaduan Timur dan Barat dalam bahasa Rusia karena bentangan negara Rusia meliputi wilayah Barat dan Timur, sehingga wajar jika Rusia merupakan negara terbesar di dunia (Amir, 2006:285 – 286).”  

Untuk kutipan yang tidak langsung, gagasan yang dikutip diintegrasikan dengan teks, jarak antarbaris dua spasi, tanpa penggunaan tanda kutip, dan diakhiri dengan tanda kurung buka, nama singkat, tahun terbit, dan nomor halaman, lalu diakhiri dengan tanda kurung tutup.

Contoh:

……………….………………………………Amir (2006:286) mengatakan bahwa bahasa Rusia digolongkan sebagai bahasa tingkat III, yaitu bahasa yang cukup sulit untuk dipelajari oleh orang-orang yang berbahasa ibu Inggris asli, dan membutuhkan waktu 780 jam intensif untuk bisa berbicara bahasa Rusia dengan cukup lancar. Dengan demikian, dapat kita katakan …………

atau

……………………………………………. Bahasa Rusia digolongkan sebagai bahasa tingkat III, yaitu bahasa yang cukup sulit dipelajari oleh orang berbahasa ibu Inggris asli, dan membutuhkan waktu 780 jam intensif untuk bisa berbicara bahasa Rusia dengan cukup lancar (Amir, 2006:286). Dengan demikian dapat kita katakan ……………………………………

Untuk melakukan kutipan tidak langsung bisa dengan cara menyadur, yaitu mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya kembali dengan kalimat atau bahasa sendiri dan menyadur tersebut ada dua macam, yaitu meringkas atau membuat ikhtisar. Meringkas berarti menyajikan suatu karangan atau bagian karangan yang panjang dalam bentuk ringkas, sedangkan ikhtisar berarti menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk ringkas, bertolak dari naskah asli, tidak mempertahankan urutan, tidak menyajikan keseluruhan isi, tetapi langsung kepada inti bahasan yang terkait dengan masalah yang hendak dipecahkan. Ihktisar memerlukan ilustrasi untuk menjelaskan inti persoalan. Penulisan kutipan tidak langsung yang dengan cara menyadur, baik meringkas atau pun membuat ikhtisar, harus disertai dengan data pustaka pada sumber yang dikutip, dapat berupa catatan kaki atau data pustaka dalam teks.

 

C. Teknik Penulisan Catatan Kaki

Catatan kaki merupakan keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki dapat berupa rujukan bahan penulisan yang dijadikan sumber dan dapat pula berupa keterangan tambahan. Dalam buku yang berjudul Bahasa Indonesia: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi karangan Widjono Hs. dikupas dengan cukup lengkap mengenai catatan kaki mulai fungsi catatan kaki sampai pada teknik penulisan catatan kaki.

Catatan kaki yang berupa referensi secara akademis berfungsi untuk memberikan dukungan argumentasi atau pembuktian, pembuktian rujukan pada kutipan naskah, memperluas makna informasi bahasan dalam naskah, penunjukan adanya bagian lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran faktanya, menunjukkan objektivitas kualitas karangan, memudahkan penilaian sumber data, memudahkan pembedaan data pustaka dan keterangan tambahan, mencegah pengulangan penulisan data, memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, memudahkan penyuntingan data pustaka, dan menunjukkan kualitas kecerdasan akademis penulisnya. Catatan kaki yang berupa referensi secara etika/moral berfungsi sebagai pengakuan dan penghargaan kepada penulis sumber informasi, menunjukkan kualitas ilmiah yang lebih tinggi, menunjukkan kecermatan yang lebih akurat, menunjukkan etika dan kejujuran intelektual, bukan plagiat, dan menunjukkan kesantunan akademis pribadi penulisnya. Catatan kaki yang berupa referensi secara estetika berfungsi untuk mempertinggi nilai keindahan perwajahan halaman, membentuk variasi format penulisan, memberikan kesan akademis, sehingga lebih menarik, dan akan menyenangkan pembacanya.

Catatan kaki yang berupa keterangan tambahan dapat memberikan penjelasan tambahan, memperjelas konsep, istilah, definisi, komentar, atau uraian tambahan tanpa mengganggu proses pemahaman uraian, tidak mengganggu fokus analisis atau pembahasan, meningkatkan kualitas karangan, dan mempertinggi nilai estetika.

Tempat catatan kaki yaitu pada halaman yang sama pada bagian bawah yang digunakan dalam penulisan ilmiah, seperti skripsi, tesis, dan disertasi, lalu buku, atau karangan ilmiah formal lainnya. Catatan kaki pada akhir bab digunakan untuk karangan populer. Catatan kaki yang terletak pada akhir karangan digunakan untuk karangan yang berbentuk artikel untuk surat kabar, jurnal, majalah, dan laporan yang tidak menggunakan pembagian bab, atau esai dalam bukun kumpulan esai. Penempatan catatan kaki harus konsisten, misalnya, penempatan catatan kaki pada kaki halaman pertama. Penempatan itu dilakukan seterusnya dengan cara yang sama sampain dengan halaman terakhir. Jika menggunakan cara penempatan pada kaki bab, cara yang sama harus dilakukan sampai dengan akhir seluruh bab.

Bagaimana cara menulis catatan kaki?

a. Catatan kaki dipisahkan tiga spasi dari naskah halaman yang sama.

b. Antarcatatan kaki dipisahkan dengan satu spasi.

c. Catatan kaki lebih dari dua baris diketik dengan satu spasi.

d. Catatan kaki diketik sejajar dengan margin.

e. Catatan kaki jenis karangan ilmiah formal diberi nomor urut mulai dari nomor satu untuk catatan kaki pertama pada awal bab berlanjut sampai dengan akhir bab. Pada setiap awal bab baru berikutnya catatan kaki dimulai dari nomor satu. Laporan atau karangan tanpa bab, catatan kaki ditulis pada akhir karangan.

f. Nomor urut angka arab dan tidak diberi tanda apa pun.

g. Nomor urut ditulis lebih kecil darin huruf lainnya, misalnya, font 9/10.


Catatan kaki yang merupakan rujukan atau data pustaka ditulis berdasarkan cara berikut ini.

  • Nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama pengarang yang tertulis pada buku lalu diikuti koma
  • Catatan kaki tidak disertai dengan penulisan gelar.
  • Judul karangan dicetak miring, tidak diikuti koma.
  • Nama penerbit dan angka tahun diapit tanda kurung dan diikuti koma.
  • Nomor halaman dapat disingkat hlm. atau h. Angka nomor halaman diakhiri dengan tanda titik (.).

         

Contoh penulisan:

1William N. Dunn, Analisis kebijaksanaan Publik, terj. Muhajir Darwin, (Yogyakarta:Hanindita, 2001), 20 – 32.

2Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam, (Jakarta:Pustaka Binaman Presindo, 1994), 1 – 40.

3Albert Wijaya, “Pembangunan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilam Rendah di Kota,” dalam Eko Budihardjo, Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung, Alumni, 1992), 121 – 124

4Cosmas Batubara, “Kebijaksanaan Pembangunan Nasional:Sebuah Sumbang Saran,” dalam Eko Budihardjo, Sejumlah Masalah Permukiman Kota, (Bandung:Alumni, 1992), 91–103

 

            D. Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit.

Singkatan ini digunakan untuk memendekkan penulisan informasi pustaka dalam catatan kaki. Penulisan harus memperhatikan persyaratan baku yang sudah lazim.

1. Ibid

a. Ibid singkatan kata ibidium berarti di tempat yang sama dengan di atasnya.

b. Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya.

c. Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang menyelinginya.

d. Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri dengan tanda titik.

e. Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau halaman lain, urutan penulisan: Ibid, koma, jilid, halaman.

Contoh:  

1William N. Dunn, Analisis kebijaksanaan Publik, terj. Muhajir Darwin, (Yogyakarta:Hanindita, 2001), 20 – 32.

2Ibid.

3Ibid, 53 – 62

4Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam, (Jakarta:Pustaka Binaman Presindo, 1994), 1 – 40.

5Ibid, 133 – 145

6Albert Wijaya, “Pembangunan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilam Rendah di Kota,” dalam Eko Budihardjo, Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung, Alumni, 1992), 121 – 124

7Ibid. 

8Ibid.12


2. Op.Cit. (Opere Citato)

a. Op.Cit. singkatan dari kata Opere Citato berarti dalam karya yang telah disebut.

b. Merujuk buku sumber yang telah disebutkan dan diselingi sumber lain.

c. Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, setiap suku kata diikuti titik, dan

d. Urutan penulisan: nama pengarang, nama panggilan, nama famili, Op.Cit. nama buku, halaman.

Contoh:

1William N. Dunn, Analisis kebijaksanaan Publik, terj. Muhajir Darwin, (Yogyakarta:Hanindita, 2001), 20 – 32.

2Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam, (Jakarta:Pustaka Binaman Presindo, 1994), 1 – 40.

3Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan (Bandung:Alumni, 1976), 111.

4Dunn, Op.Cit., 125

5Maslow, Op.Cit.

6Rahardjo, Op.Cit. 203 – 208


3. Loc. Cit. (Loco Citato)

a. Loc.cit singkatan dari Loco Citato, berarti di tempat yang telah disebutkan.

b. Merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa buku kumpulan esai, jurnal, ensiklopedia, atau majalah; dan telah diselingi sumber lain.

c. Kutipan bersumber pada halaman yang sama kata loc.cit. tidak diikuti nomor halaman.

d. Jika halaman berbeda, kata loc.cit diikuti nomor halaman

e. Menyebutkan nama keluarga pengarang.

 

Contoh:

1Albert Wijaya, “Pembangunan Permukiman bagi Masyarakat Berpenghasilam Rendah di Kota,” dalam Eko Budihardjo, Sejumlah Masalah Pemukiman Kota, (Bandung, Alumni, 1992), 121 – 124

2Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 2 terj. Nurul Imam, (Jakarta:Pustaka Binaman Presindo, 1994), 1 – 40.

3Wijaya, Loc.Cit.

4Cosmas Batubara, “Kebijaksanaan Pembangunan Nasional:Sebuah Sumbang Saran,” dalam Eko Budihardjo, Sejumlah Masalah Permukiman Kota, (Bandung:Alumni, 1992), 91 – 103.

5Wijaya, Loc.Cit. 

6Batubara, Loc.Cit.


E. Teknik Penulisan Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat sejumlah pustaka atau sunber lain yang digunakan penulis untuk mendukung pendapatnya dengan ahli lain, menolak pendapat ahli lain, atau hanya sekadar memberikan informasi bahwa ahli lain memiliki pendapat yang tidak sejalan dengan pendapatnya.Daftar pustaka bermaksud menabulasi atau mendaftarkan semua sumber bacaan baik yang sudah dipublikasikan seperti buku, majalah, surat kabar, maupun yang belum dipublikasikan seperti paper, skripsi, tesis, dan disertasi. Aktivitas pemuatan pustaka juga memberikan gambaran kepada kita bahwa seorang ahli dalam berinteraksi ilmiah memiliki etika. Kejujuran ilmiah dijunjung dalam rangka menghormati seseorang yang sudah terlebih dahulu melakukan kajian terhadap permasalahan tertentu.

           1. Cara Menulis Daftar Pustaka Berupa Buku

Ditulis berurutan mulai dari nama pemulis, tahun penerbitan buku, judul buku (dengan huruf miring), tempat penerbitan, dan nama penerbit.

Contoh:

Keraf, Gorys. 2005. Komposisi. Flores:Nusa Indah

2. Cara menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Buku Kumpulan Artikel

Penulisannya sama dengan cara di atas, hanya ditambah dengan tulisan (Ed.) di antara nama penulis dan tahun penerbitan.

Contoh:

Suhardjono, Dadi Waras (ed.). 2015. Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

3. Cara Menulis Daftar Pustaka dengan Mengambil Satu Artikel dari Buku Kumpulan Artikel

Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti tahun penerbitan, judul artikel yang diapit oleh tanda kutip tanpa huruf miring. Setelah itu ditulis nama editor, judul buku kumpulan artikel, dan nomor halaman.

Contoh:

Geertz, Clifford. 2003. “Cendekiawan di Negara Berkembang”. Dalam Kemala Sartika (Ed.), Menjelajah Cakrawala:Kumpulan Karya Visioner Soedjatmoko. Jakarta:Gramedia.

4. Cara Menulis  Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel dalam Jurnal

Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal, tahun, dan nomor.

Contoh:

Hanafi, A. 1989. “Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi.” Forum Penelitian, 1 (1):33 – 47

5. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Beerasal dari Artikel Majalah atau Koran

Nama penulis ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Nama majalah atau koran dicetak miring diikuti dengan nomor halaman.

Contoh:

Gardner, H. 1998. “Do Babies Sing A Universal Song?” Psychological Today, hlm. 70.

6. Cara Menulis Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis

Nama koran ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan nomor halaman.

Contoh:

Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”, hlm. 41

7. Daftar Pustaka dari Karya Terjemahan

Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu diikuti tahun terbit tulisan asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit.

Contoh:

Eangleton, Terry. 1988. Teori Sastra:Satu Pengenalan Terjemahan oleh Mohammad Haji Saleh. 2004. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

8. Daftar Pustaka dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Nama penulis diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis, atau disertasi yang diapit dengan tanda kutip, diikuti jenis karya ilmiah, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi.

Contoh:

Paramita, Pradnya. 2007. “Pengaruh Bioteknologi Pertanian terhadap Proses Pematangan Tomat”. Skripsi. Surakarta:Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.

9. Daftar Pustaka dari Internet.

Nama penulis diikuti dengan tahun, judul karya yang diapit, diakhiri alamat sumber pustaka dan tanggal akses, contoh:

Herusatoto. 2002. “Bioteknologi Pertanian” (online), (http://www.chang.jayaheru.com/Biotekpertan04.htm, diakses tanggal 12 desember 2002.


E. Ringkasan

Penulisan ilmiah di samping harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana komunikasi ilmu. Di samping penggunaan bahasa, penulis juga dituntut untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik penulisan ilmiah. Menyisipkan kutipan-kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah bukanlah merupakan suatu keaiban bahkan tindakan mengutip dalam penulisan karya ilmiah dibenarkan. Tidak jarang, pendapat, konsep, dan hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik, dipertentangkan, atau diperkuat. Tindakan ini untuk memberikan kejelasan tentang topik yang sedang dikerjakan, bahkan memberikan penanda  penulis menguasai informasi yang sudah ada, bahkan penulis bisa mengaitkan dengan informasi yang ada tersebut dengan topik yang sedang dikerjakan. Kutipan adalah salinan kalimat, paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, baik yang melalui media cetak maupun elektronik.

Catatan kaki merupakan keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki dapat berupa rujukan bahan penulisan yang dijadikan sumber dan dapat pula berupa keterangan tambahan. Catatan kaki yang berupa referensi secara akademis berfungsi untuk memberikan dukungan argumentasi atau pembuktian, pembuktian rujukan pada kutipan naskah, memperluas makna informasi bahasan dalam naskah, penunjukan adanya bagian lain dalam naskah yang dapat ditelusuri kebenaran faktanya, menunjukkan objektivitas kualitas karangan, memudahkan penilaian sumber data, memudahkan pembedaan data pustaka dan keterangan tambahan, mencegah pengulangan penulisan data, memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, memudahkan penyuntingan data pustaka, dan menunjukkan kualitas kecerdasan akademis penulisnya.

Daftar pustaka memuat sejumlah pustaka atau sunber lain yang digunakan penulis untuk mendukung pendapatnya dengan ahli lain, menolak pendapat ahli lain, atau hanya sekadar memberikan informasi bahwa ahli lain memiliki pendapat yang tidak sejalan dengan pendapatnya. Daftar pustaka bermaksud menabulasi atau mendaftarkan semua sumber bacaan baik yang sudah dipublikasikan seperti buku, majalah, surat kabar, maupun yang belum dipublikasikan seperti paper, skripsi, tesis, dan disertasi.


TUGAS MANDIRI


A. Esai

Perhatikan contoh catatan kaki berikut ini. Kemudian, jelaskan maksud poin 3 dan 4…!

1. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Depdikbud, 1988), hlm. 18.

2. Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif, (Bandung: Sinar Baru, 1986), hlm. 25

3.  Ibid., hlm. 15

4. Ratna Wilis Dahar, Op.cit., hlm. 17


B. Kuis Benar atau Salah (True or False)

1. Dalam catatan kaki, nama pengarang tanpa dibalik urutannya atau sama dengan nama pengarang yang tertulis pada buku diikuti koma.

2.   a. Gorys Keraf,  Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta:  Gramedia Pustaka Utama, 1999),         hlm. 8.

bIbid., hlm. 15

Keterangan Ibid pada poin b adalah dikutip dari buku sebelumnya.

3.  a. Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis Paragraf, (Bandung: Remaja            Rosda Karya, 2004), hlm. 23.

b. Gorys Keraf, op.cit, hlm 8

c. Ismail Marahimin, loc.cit.

d. Soedjito dan Mansur Hasan, loc.cit.

Keterangan loc.cit pada poin d adalah menunjuk ke halaman yang sama dengan yang disebut pada poin a, yakni hlm. 23.

4. Bibliografi disusun menurut abjad pengarang, dan memakai nomor urut.

5. Dalam menulis bibliografi lebih dari tiga pengarang, cukup hanya menulis nama pengarang yang pertama kemudian diikuti singkatan dkk.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, Sakura H. Ridwan. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:Grasindo.

Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Sahabat Pena. ISBN 978-623-7440-11-6

Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, Agus Budi Wahyudi. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah:Mata Kuliah Kepribadian. Yogyakarta:Media Perkasa.

Satata, Sri, Devi S, dan Dadi Waras Suhardjono. 2012. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Solihin, Hudori K.A., dan Embay Sa’adiah. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Uhamka Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPLORASI TEKS AKADEMIK

SURAT DINAS

RAGAM DAN LARAS BAHASA INDONESIA