ANALISIS SINTAKSIS

ANALISIS SINTAKSIS

 

Gambar 1 - Analisis Sintaksis

 

A.   Pengertian Analisis Sintaksis

Dalam KBBI V Daring (2016), pengertian analisis bahasa adalah penelaahan yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks (penelitian kepustakaan). Sedangkan pengertian Sintaksis dalam KBBI V Daring (2016) adalah:

1.    pengaturan dan hubungan kata dengan satuan lain yang lebih besar;

2.    cabang linguistik tentang susunan kalimat dan bagiannya; ilmu tata kalimat; ilmu nahu;

3.    subsistem ilmu bahasa yang mencakup hal tersebut.

Ramlan (2005) mengemukakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Analisis sintaksis berarti menelaah atau mengidentifikasi unsur-unsur yang membentuk satuan bahasa dalam konteks kalimat. Hal ini adalah peran utama dari kajian sintaksis sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk pembentukan kalimat.

Menurut Verhaar (2011), secara sistematis sintaksis terdiri atas tiga tataran, yaitu: fungsi, kategori, dan peran. Oleh karena itu, analisis sintaksis juga dapat dilakukan pada tiga tataran tersebut. Berikut ini adalah penjelasannya.

 

B.   Analisis Fungsi Sintaksis

Fungsi Sintaksis adalah “apa fungsi dari kata dalam suatu kalimat”. Fungsi sintaksis meliputi: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (P), dan keterangan (K). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut.

 

1.    Subjek (S)

Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yakni predikat (P). Dalam analisis fungsi sintaksis, subjek ditandai dengan s kapital (S). Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk; (2) memperjelas makna; (3) menjadi pokok pikiran; (4) menegaskan makna; (5) memperjelas pikiran ungkapan; dan (6) membentuk kesatuan pikiran.

Ciri-ciri subjek (S) adalah sebagai berikut:

a.    jawaban apa atau siapa,

b.    dapat didahului oleh kata bahwa,

c.    berupa kata atau frasa benda (nomina)

d.    dapat diserta kata ini atau itu,

e.    dapat disertai pewatas (kata penghubung) yang,

f.     kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si manis, sang perwira,

g.    tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,

h.    tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.

Contoh:

Virus Corona mewabah.

          S                P

Virus Corona adalah pokok kalimat atau subjek (S) dan mewabah adalah yang menjelaskan pokok kalimat atau predikat (P).

Bila dibuat pertanyaan akan menjadi: Apa yang mewabah?

Jawabannya: Virus Corona

 

PPKM itu melatih kesabaran.

      S             P            Pel

PPKM itu adalah pokok kalimat atau subjek (S) dan melatih adalah yang menjelaskan pokok kalimat atau predikat (P) sedangkan kesabaran merupakan pelengkap (Pel).

Bila dibuat pertanyaan akan menjadi: Apa yang melatih kesabaran?

Jawabannya: PPKM itu.

 

2.    Predikat (P)

Seperti halnya dengan subjek (S), predikat (P) kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Keberadaan predikat (P) dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.

Ciri-ciri predikat (P) sebagai berikut:

a.    jawaban mengapa, bagaimana,

b.    dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan,

c.    dapat didahului keterangan aspek: akan, sudah, sedang, selalu, hampir,

d. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti, selayaknya, dan lain-lain,

e. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat (P) berubah fungsi menjadi perluasan subjek (S),

f.     didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni,

g.    predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan. 

Contoh:

Suntik vaksin seyogyanya dapat memperkecil penyebaran virus. (seyogyanya merupakan predikat (P).)

Wanita yang memakali jilbab putih itu manis sekali. (frasa yang bergaris bawah merupakan perluasan subjek (S), bukan predikat (P), frase yang dicetak miring merupakan predikat berupa kata sifat.)

Burung itu berkicau indah sekali. (Apa yang dilakukan burung itu? Jawabannya: berkicau indah sekali.)


3.    Objek (O)

Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, mengambili, melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif; (2) memperjelas makna kalimat; dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri objek menurut Widjono (2011) sebagai berikut.

a.    Berupa kata benda, contoh:

·         Wina menulis cerpen.

·         Bunda ke kampus mengendarai motor.

 

b.    Tidak didahului kata depan, contoh:

·         Ibu membeli di pasar buah mangga itu.

(kata di pasar yang berada tepat di belakang predikat transitif bukan

merupakan objek (O), melainkan keterangan, objeknya yaitu buah

mangga itu).


c.    Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif, contoh:

·         Anak-anak melempari orang gila dengan kerikil tajam.

·         Sanny mengumpulkan perangko sejak sekolah dasar.

 

d.    Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif, contoh:

·         Ayah membeli mobil-mobilan di pasar. (Apa yang dibeli ayah di pasar? Jawabannya: mobil-mobilan.)

·         Ayah membelikan adik mobil-mobilan di pasar. (Siapa yang dibelikan mobil-mobilan oleh ayah? Jawabannya: adik.)

 

4.    Pelengkap (Pel)

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Ciri-ciri pelengkap menurut Widjono (2011) yaitu sebagai berikut.

a.    Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap informasinya.

Contoh:

·   Tabitha belajar.

·   Tabitha belajar Bahasa Indonesia. (Kalimat pertama terdiri atas subjek (S) dan predikat (P), namun kalimat tersebut tidak memberikan informasi yang jelas mengenai hal yang dipelajari Tabitha, sedangkan kalimat kedua terdiri atas subjek (S), predikat (P) dan pelengkap (Pel) sehingga memberikan informasi yang lebih jelas tentang yang dipelajari Tabitha, yaitu bahasa Indonesia).

 

b.    Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.

Contoh:

·   Negara ini berlandaskan hukum.

·   Mereka bermain bola di lapangan

 

5.    Keterangan (K)

Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan- pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan di tengah kalimat (Alwi, 2003).

Ciri-ciri keterangan (K) menurut Widjono (2011) yaitu sebagai berikut.

a.    Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan (K) pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat undangan tanpa keterangan tidak komunikatif.

Contoh:

-          Kakek datang bersama nenek. (tanpa keterangan)  

-          Kakek datang dari Yogyakarta (K) bersama nenek. (ada keterangan asal)

b.    Tempat tidak terikat posisi, pada awal, tengah, atau akhir kalimat.

Contoh:

-          Kemarin (K) saya mengerjakan skripsi di kampus.

-          Saya kemarin (K) mengerjakan skripsi di kampus.

-          Saya mengerjakan skripsi di kampus kemarin (K).

c.    Dapat berupa keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara posesif (posesif ditandai kata meskipun, walaupun, atau biarpun.

Contoh:

-          Saya berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit diwujudkan (K).

-          Fadhil membeli Pajero Sport kemarin (K).

-          Walaupun hatinya menangis (K), Lili tetap tersenyum manis.

d.    Dapat berupa keterangan tambahan dapat berupa aposisi, misalnya keterangan tambahan subjek tidak dapat menggantikan subjek, sedangkan aposisi dapat menggantikan subjek.

Contoh:

-          Megawati, yang menjabat Presiden RI 2001-2004, adalah putra Bung Karno. (keterangan tambahan) (kata “yang menjabat‟ memberi keterangan status subjek pada kalimat tersebut)

-          Megawati, Presiden RI 2001-2004, adalah putra Bung Karno. (aposisi) (Kata Megawati dan presiden RI 2001-2004 dapat saling menggantikan sebagi subjek, misalnya megawati adalah putra Bung Karno atau presien RI 2001-2004 adalah putra BungKkarno).

e.    Terdapat macam-macam keterangan berdasarkan maknanya dan tandanya, seperti berikut.

1)    Keterangan tempat yaitu: di, ke, dari, dalam, pada.

2)    Keterangan tujuan waktu yaitu: pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.

3)    Keterangan alat yaitu: dengan

4)    Keterangan tujuan yaitu: agar/supaya, untuk, bagi, demi.

5)    Keterangan cara yaitu: dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.

6)    Keterangan penyerta yaitu: dengan, bersama, beserta

7)    Keterangan perbandingan yaitu: seperti, bagaikan, laksana.

8)    Keterangan sebab yaitu: karena, sebab.

9)    Keterangan kesalingan yaitu: saling

10) Keterangan akibat yaitu: sehingga, sampai, akibat.

11) Keterangan alasan yaitu: berdasar hal itu, sehubngan dengan hal itu.

12) Keterangan asal yaitu: dari

13) Keternagn kualitas yaitu: dengan.

14) keterangan kuantitas yaitu: banyak, sedikit, cukup.

15) keterangan modalitas yaitu: mustahil, barangkali, moga-moga.

16) keterangan perlawanan yaitu: meskipun, walaupun.

17) keterangan perwatasan yaitu: selain, kecuali.

18) keterangan subjek yaitu: dan

19) keterangan syarat yaitu: jika, kalau

 

DAFTAR PUSTAKA

Hs. Widjono. 2011. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian  di Perguruan Tinggi. Jakarta PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud RI. 2016. “KBBI V 0.2.1 (Beta 21)”. kbbi.kemendikbud.go.id

Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Sahabat Pena. ISBN 978-623-7440-11-6.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis (Edisi Kesembilan). Yogyakarta: CV Karyono.

Verhaar, J.W.M. 20011. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EKSPLORASI TEKS AKADEMIK

SURAT DINAS

RAGAM DAN LARAS BAHASA INDONESIA