MENULIS AKADEMIK
MENULIS AKADEMIK
A. Pengertian Menulis Akademik
Menulis adalah kegiatan untuk menciptakan catatan atau informasi dengan kertas sebagai medianya. Terampilan menulis adalah tuntutan setiap orang, terutama bagi mereka yang bergerak di dunia akademik. Kegiatan menulis adalah kegiatan aktif dan produktif. Karena dengan menulis, penulis harus aktif dan kreaktif menyusun pikirannya dengan teratur agar tulisannya dipahami orang lain. Menulis dikatakan produktif karena penulis menghasilkan sesuatu, yaitu hasil pikiran yang telah ditulisnya dengan sistem logis sehingga menjadi karya tulis yang dapat diterima oleh pembaca.
Pengembangan kemahiran menulis akademik tentang masalah-masalah bidang studi dengan konteks Indonesia memiliki peran penting dalam pengembangan kepribadian mahasiswa sebagai insan Indonesia yang terpelajar. Terkait dengan keyakinan ini, mahasiswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang membantu mereka untuk mencapai pemahaman yang mantap tentang pengertian tulisan akademik dengan kriterianya, dan ragam tulisan akademik seperti makalah, artikel, dan laporan. Kemudian mereka diberi tugas untuk menyusun makalah, artikel, dan laporan akademik dengan topik-topik permasalahan dalam bidang studinya masing-masing tetapi dalam konteks Indonesia. Proses tersebut melibatkan penyusunan, penyuntingan (baik karya sendiri atau karya orang lain), dan perbaikan. Hasil akhir adalah makalah mahasiswa yang telah direvisi.
Menulis akademik bukan pekerjaan yang sulit melainkan mudah. Ketika memulai menulis secara ilmiah, setiap penulis tidak perlu menjadi seorang penulis yang terampil. Belajar teori menulis itu mudah, tetapi untuk mempraktikkannya tidak cukup sekali atau dua kali saja. Frekuensi dan kontinuitas latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis menulis.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Artinya, kapan pun seseorang dapat melakukannya. Ketakutan akan gagal bukanlah penyebab yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat yang ditawarkan oleh David Nunan (1995: 86-90). Dia menawarkan konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis; (2) menulis sebagai proses dan menulis sebagai produk; (3) strukutur generik wacana tulis; (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis tidak terampil; dan (5) penerapan keterampilan menulis dalam pembelajaran.
Perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis sebagaimana telah dikemukakan pada bab sebelumnya tampak pada !ungsi serta karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun, yang patut diperhatikan adalah kedua bahasa itu (lisan dan tulisan) harus memiliki !ungsi komunikasi. Dari sudut pandang inilah dapat diketahui bagaimana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dan pelatihan keterampilan menulis.
Pendekatan lain dalam mengembangkan keterampilan menulis adalah adanya pandangan tentang menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih memokuskan aktivitas belajar (menulis) sedangkan pendekatan yang berorientasi produk lebih memokuskan pada hasil belajar (menulis). Adapun struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan atau tulisan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya pada jenis karangan narasi menunjukkan struktur yang lengkap, yang terdiri atas orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal inilah yang menjadi ciri khas atau karakteristik jenis karangan narasi.
Untuk menambah wawasan tentang menulis akademik, kita perlu mengetahui antara penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil agar kita dapat mengambil manfaat dari keduanya. Kita dapat mengetahui kesulitan yang dialami oleh penulis pemula (penulis tidak terampil). Salah satu kesulitan yang dihadapi adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca. Adapun penulis yang terampil, ia mampu mengatasi masalah tersebut ataupun masalah yang lainnya. Masalah lain adalah berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.
Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkai kalimat sedemikian rupa agar pesan, in!ormasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan baik. Untuk itu, setiap kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika, serta mampu mendukung pengertian baik dalam taraf signifinance maupun dalam taraf value. Kalimat-kalimat yang demikian itu diwujudkan di atas kertas dengan menggunakan media visual menurut gra!ologi tertentu. Penguasaan terhadap sistem gra!ologi ini, yaitu sistem yang digunakan dalam suatu bahasa merupakan kemampuan prasarana yang harus dikuasai oleh seorang penulis.
Ada tiga tahap proses menulis sebagaimana ditawarkan oleh David Nunan, yaitu: (1) tahap prapenulisan; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap revisi atau penyempurnaan. Untuk menerapkan ketiga tahap tersebut, dalam pendidikan bahasa, khususnya keterampilan menulis diperlukan keterpaduan antara proses dan produk menulis di dalam kelas. Hal ini amat bergantung pada minat pembelajaran dalam menulis, kerjasama antarpembelajar, kesempatan atau pun penetapan model pengajaran dan pembelajaran menulis.
Berdasarkan uraian dan pernyataan di atas, dapatlah dikatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata (Tarigan, 2008: 4). Sehubungan dengan hal ini, keterampilan menulis digunakan untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi sikap pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas ke dalam bentuk atau wujud tulisan. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian, dan pemilihan kata-kata yang tepat makna dan struktur kalimat.
Bahasa tulis tidak dapat mewujudkan segala aspek bahasa lisan secara sempurna. Walaupun bahasa tulis telah diupayakan berbagai macam tanda baca, seperti tanda tanya, tanda seru, tanda koma, tanda titik dan sebagainya yang dapat mewujudkan aspek-aspek bahasa lisan, namun bahasa tulis tetap belum dapat mewujudkan keseluruhan aspek bahasa lisan. Tekanan, nada, lagu kalimat,sering dinyatakan dalam tulisan (Samsuri, 1987: 20).
Di samping kekurangan bahasa tulis sebagaimana dikemukakan di atas, bahasa tulis juga mempunyai kelebihan-kelebihan. Pertama, bentuk grafis kata-kata atau yang dirangkaikan dalam kalimat secara gramatikal terlihat sebagai sesuatu yang tetap dan stabil. Dibandingkan dengan bunyi, bentuk-bentuk grafis itu lebih cocok untuk menerangkan kesatuan bahasa sepanjang masa. Walaupun bentuk gra!is itu benar-benar menciptakan kesatuan yang bersifat fiktif. Namun, ikatan-ikatan tulisan yang bersifat dangkal itu lebih mudah dianggap daripada ikatan-ikatan bahasa yang berupa ikatan-ikatan bunyi. Sebagian besar orang lebih tertarik kepada kesan-kesan visual daripada kesan-kesan pandangan, sebab kesan-kesan visual lebih tegas dan lebih tahan lama (de Saussure, 1993: 25).
Kedua, pemakaian bentuk-bentuk bahasa pada tingkat morfologi, sintaksis, serta semantik dalam bahasa tulis dapat lebih cermat dikontrol oleh penulis, sehingga pemakaian bentuk-bentuk bahasa tersebut sesuai dengan kaidah gramatikal. Hal ini dapat dilakukan berkat adanya waktu dan kesempatan untuk membaca kembali kalimat-kalimat serta membetulkannya jika terdapat kesalahan atau kekeliruan. Berkat adanya waktu dan kesempatan ini pula penyampaian pesan komunikasi dalam bahasa tulis dapat dilakukan secara lebih sistematis. Hal yang demikian ini berbeda dengan pemakaian bahasa lisan yang bersi!at spontan (Syafi’ie, 1984: 45).
B. Menulis Proposal Penelitian
1. Pengertian Proposal Penelitian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017: 899) dinyatakan yang dimaksud dengan proposal adalah rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Proposal adalah karangan ilmiah yang berisi rancangan kerja. Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang dilaksanakan melalui metode ilmiah yang menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Dalam hal ini, proposal penelitian turut menentukan penelitian. Perencanaan penelitian baik penelitian metode kuantitatif maupun metode kualitatif harys dituangkan jelas ke dalam proposal penelitian.
Menurut Jauhari (2008) Proposal merupakan suatu bentuk pengajuan penawaran, baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan, izin, persetujuan, dana, dan sebagainya.
2. Sistematika Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal penelitian diawali dengan menentukan topik dan judul penelitian. Pemilihan topik dan judul penelitian harus menarik, belum dipakai oleh orang lain, dan harus bermanfaat bagi orang banyak. Dalam memilih topik dan judul penelitian perlu kecermatan dan kehati-hatian sehingga penelitian yang akan dilaksanakan tidak menghadapi banyak kesulitan. Sistematika yang umum digunakan dalam menyusun proposal penelitian, yaitu:
1) Latar Belakang
2) Identifikasi Masalah
3) Rumusan Masalah
4) Tujuan Penelitian
5) Kegunaan Penelitian
6) Tinjauan Pustaka
7) Kerangka Berpikir
8) Hipotesis
9) Metode dan Teknik Penelitian
10) Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan proposal penelitian yang menggunakan metode kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada umumnya sistematika proposal penelitian kualitatif sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Fokus Penelitian
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
II. STUDI KEPUSTAKAAN
2.1
2.2
2.3
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.2 Tempat Penelitian
3.3 Instrumen Penelitian
3.4 Sampel Sumber Data
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
Sistematika penulisan proposal penelitian kuantitatif adalah sebagi berikut:
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Identifikasi Masalah
I.3 Batasan Masalah
I.4 Rumusan Masalah
I.5 Tujuan Penelitian
I.6 Kegunaan Penelitian
II. LANDASAN TEORI
2.1 Deskripsi teori
2.2 Kerangka berpikir
2.3 Hipotesis
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Instrumen Penelitian
3.4 Teknik pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
C. Menulis Makalah
Makalah adalah karya ilmiah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (Nasucha, dkk. 2009: 68). Makalah disusun untuk memenuhi tugas-tugas mata kuliah tertentu. Makalah merupakan bentuk karya ilmiah yang paling singkat dengan jumlah 15-25 halaman. Makalah biasanya terdiri atasi tiga bagian: awal, inti, dan akhir. Bagian awal terdiri atas halaman sampul, daftar isi, dan daftar tabel atau daftar gambar. Bagian isi terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, pembahasan, simpulan dan saran. Bagian akhir terdiri atas daftar referensi dan lampiran.
Makalah dapat dibedakan menjadi dua jenis: 1) makalah hasil berpikir deduktif, yaitu makalah yang membahas masalah atas dasar kajian teori tertentu atau menerapkan teori tertentu untuk memecahkan masalah yang dipilih. Jika menulis makalah dengan menggunakan jenis ini, harus berangkat dari teori tertentu dan diterapkan dalam pembahasan masalah, 2) makalah hasil berpikir induktif, yaitu makalah yang membahas masalah yang menyajikan deskripsi gejala, fakta dan data dari pengamatan di lapangan. Makalah induktif diawali oleh pengamatan empiris, pembahasan hasil pengamatan, penarikan simpulan, dilanjutkan dengan pembandingan teori yang relevan.
1. Sistematika Penulisan makalah
Makalah biasanya disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) judul; (2) abstrak; (3) pendahuluan; (4) isi dan pembahasan; (5) simpulan; (6) daftar pustaka makalah ilmiah yang sering disusun oleh mahasiswa disebut dengan istilah term paper, biasanya disingkat paper. Paper ini merupakan jenis tugas tertulis dalam suatu permasalahan yang sedang aktual di masyarakat. Keeanam butir ini dapat diuraikan seperti berikut ini.
a. Judul karangan
Judul dapat dipandang sebagai tanda pengenal karangan dan sekaligus juga kunci utama untuk mengetahui isi karangan. Oleh karena itu, judul harus dapat mencerminkan seluruh isi karangan dan dapat menunjukkan fokus serta permasalahan pokok karangan. Judul juga harus disusun secara singkat, artinya judul tidak boleh disajikan dalam bentuk kalimat atau frasa yang panjang tetapi cukup dalam bentuk ungkapan yang singkat dan padat. Jika tidak dapat dihindari judul yang panjang (Keraf, 1984: 129) menyarankan untuk membuat judul utama yang singkat kemudian diberi judul tambahan yang panjang. Judul yang terlalu panjang juga dapat dipecah menjadi judul utama dan judul anak.
b. Abstrak
Abstrak atau ringkasan biasanya berisi intisari keseluruhan tulisan, ditulis secara naratif dan diketik satu spasi serta paling banyak tiga paragraf atau sekitar 150-200 kata. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan, kesimpulan, dan saran yang ditulis secara padat.
c. Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah yang disusun dalam alur pikir yang logis, yang menunjukkan kesenjangan antara situasi yang ada dengan dituasi yang diharapkan.
d. Pembahasan
Bagian ini merupakan inti makalah. Pada bagian ini hendaknya dikemukakan deskripsi tentang subjek studi, analisis permasalahan, dan solusi pemecahannya. Pada bagian ini aspek-aspek yang dipersoalkan pada bagian pendahuluan dikaji dan dianalisis satu demi satu, sehingga masalah yang dipersoalkan itu menjadi jelas kedudukan dan pemecahannya. Untuk memperkuat daya analisis, penulis hendaknya menggunakan teori, data atau pandangan ahli.
e. Simpulan
Secara umum simpulan berisi hasil dari seluruh pembahasan dan setidak-tidaknya berisi jawaban atas semua permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan.
f. Daftar pustaka
Bagian ini memuat pustaka atau rujukan yang diacu dalam makalah. Rujukan ini disusun ke bawah menurut abjad nama akhir penulis pertama buku dan makalah tidak dibedakan, kecuali penyusunannya dari kiri ke kanan. Untuk buku, teknik penulisan daftar pustaka sebagai berikut: nama penulis, tahun penerbit, judul buku, jilid (jika ada), terbitan ke-, nama kota, dan nama penerbit.
Contoh:
Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Sahabat Pena.
2. Praktik Menulis Makalah
Pemahaman terhadap konsep, jenis, dan sistematika makalah tidak menjamin mahasiswa dapat menulis makalah. Oleh karena itu, mahasiswa perlu dilatih sejak dini dalam membuat artikel sederhana, bahkan mereka dapat diminta menulis apa yang cenderung mereka sukai seperti puisi. Setelah kegiatan ini dianggap cukup, barulah mahasiswa diminta untuk “berbelanja” pengetahuan, gagasan, dan teori dari artikel dan buku-buku yang dibacanya. Hasil “belanja” mereka perlu diikuti dengan kegiatan berikutnya, yaitu membuat laporan hasil membaca artikel atau bab dari sebuah buku seperti yang telah disajikan pada bagian terdahulu.
Sebelum menulis makalah, sebaiknya dibuat jenjang ide. Inti kegiatan ini adalah mengidenti!ikasi ide-ide pokok dan ide-ide penunjang. Jejaring ide bukan hanya berguna bagi penulis, melainkan juga bagi pembaca. Melalui jejaring ide, pembaca dapat mengikuti jalan pikiran penulis sehingga dapat menilai tulisan secara kritis. Alwasilah (2005: 96) mengemukakan beberapa langkahmembuat jejaring ide seperti berikut ini:
1. Sebelum menulis, siapkan kertas dan alat tulis.
2. Pikirkan ide-ide pokok yang paling penting untuk ditulis.
3. Batasi maksimal lima ide pokok.
4. Tulis ide pokok itu sesingkat mungkin dalam lingkaran-lingkaran.
5. Hubungkan lingkaran-lingkaran itu dengan garis searah atau dua arah sesuai dengan pemikiran anda.
6. Gunakan pula garis patah-patah untuk menunjukkan hubungan tidak langsung. Visualisasi ide-ide ini sesungguhnya subjektif, bergantung pada penulis sendiri.
7. Narasikan hubungan antara berbagai lingkaran itu.
Untuk mempermudah proses penulisan, jejaring di atas dapat disajikan dalam kerangka karangan.
D. Menulis Ringkasan Buku
Bagi orang yang sudah terbiasa membuat ringkasan, mungkin kaidah yang berlaku dalam menyusun ringkasan telah tertanam dalam benaknya. Meski demikian, tentulah perlu diberikan beberapa patokan sebagai pegangan dalam membuat ringkasan terutama bagi mereka yang baru mulai atau belum pernah membuat ringkasan. Berikut ini beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat ringkasan yang baik dan teratur.
1. Membaca Naskah Asli
Bacalah naskah asli sekali atau dua kali, kalau perlu berulang kali agar Anda mengetahui kesan umum tentang karangan tersebut secara menyeluruh. Penulis ringkasan juga perlu mengetahui maksud dan sudut pandangan penulis naskah asli. Untuk mencapainya, judul dan daftar isi tulisan (kalau ada) dapat dijadikan pegangan karena perincian daftar isi mempunyai pertalian dengan judul dan alinea-alinea dalam tulisan menunjang pokok-pokok yang tercantum dalam daftar isi.
2. Mencatat Gagasan Utama
Jika Anda sudah menangkap maksud, kesan umum, dan sudut pandangan pengarang asli, silakan memperdalam dan mengonkritkan semua hal itu. Bacalah kembali karangan itu bagian demi bagian, alinea demi alinea sambil mencatat semua gagasan yang penting dalam bagian atau alinea itu. Pokok-pokok yang telah dicatat dipakai untuk menyusun sebuah ringkasan. Langkah kedua ini juga menggunakan judul dan daftar isi sebagai pegangan. Yang menjadi sasaran pencatatan adalah judul-judul bab, judul anak bab, dan alinea, kalau perlu gagasan bawahan alinea yang betul-betul esensial untuk memperjelas gagasan utama tadi juga dicatat.
3. Mengadakan Reproduksi
Pakailah kesan umum dan hasil pencatatan untuk membuat ringkasan. Urutan isi disesuaikan dengan naskah asli, tapi kalimat-kalimat dalam ringkasan yang dibuat adalah kalimat-kalimat baru yang sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. Bila gagasan yang telah dicatat ada yang masih kabur, silakan melihat kembali teks aslinya, tapi jangan melihat teks asli lagi untuk hal lainnya agar Anda tidak tergoda untuk menggunakan kalimat dari penulis asli. Karena kalimat penulis asli hanya boleh digunakan bila kalimat itu dianggap penting karena merupakan kaidah, kesimpulan, atau perumusan yang padat.
4. Ketentuan Tambahan
Setelah melakukan langkah ketiga, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik.
a. Susunlah ringkasan dalam kalimat tunggal daripada kalimat majemuk.
b. Ringkaskanlah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Jika rangkaian gagasan panjang, gantilah dengan suatu gagasan sentral saja.
c. Besarnya ringkasan tergantung jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Ilustrasi, contoh, deskripsi, dsb. dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting.
d. Jika memungkinkan, buanglah semua keterangan atau kata sifat yang ada, meski terkadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
e. Anda harus mempertahankan susunan gagasan dan urutan naskah. Tapi yang sudah dicatat dari karangan asli itulah yang harus dirumuskan kembali dalam kalimat ringkasan Anda. Jagalah juga agar tidak ada hal yang baru atau pikiran Anda sendiri yang dimasukkan dalam ringkasan.
f. Agar dapat membedakan ringkasan sebuah tulisan biasa (bahasa tak langsung) dan sebuah pidato/ceramah (bahasa langsung) yang menggunakan sudut pandang orang pertama tunggal atau jamak, ringkasan pidato atau ceramah itu harus ditulis dengan sudut pandangan orang ketiga.
g. Dalam sebuah ringkasan ditentukan pula panjangnya. Karena itu, Anda harus melakukan seperti apa yang diminta. Bila diminta membuat ringkasan menjadi seperseratus dari karangan asli, maka haruslah membuat demikian. Untuk memastikan apakah ringkasan yang dibuat sudah seperti yang diminta, silakan hitung jumlah seluruh kata dalam karangan itu dan bagilah dengan seratus. Hasil pembagian itulah merupakan panjang karangan yang harus ditulisnya. Perhitungan ini tidak dimaksudkan agar Anda menghitung secara tepat jumlah riil kata yang ada. Tapi perkiraan yang dianggap mendekati kenyataan. Jika Anda harus meringkaskan suatu buku yang tebalnya 250 halaman menjadi sepersepuluhnya, perhitungan yang harus Anda lakukan adalah sebagai berikut:
1) Panjang karangan asli (berupa kata) adalah: Jumlah halaman x Jumlah baris per halaman x Jumlah kata per baris = 250 x 35 X 9 kata = 78.750 kata.
2) Panjang ringkasan dalam jumlah kata adalah 78.750:10=7.875 kata. Panjang ringkasan dalam jumlah halaman ketikan adalah jika kertas yang dipergunakan berukuran kuarto, jarak antar baris dua spasi, tiap baris rata-rata sembilan kata, pada halaman kertas kuarto dapat diketik 25 baris dengan jarak dua spasi. Maka, jumlah kata per halaman adalah 25x 9 kata = 225. Jumlah halaman yang diperlukan adalah 7.875:225 = 35 halaman.
E. Menulis Resensi
1. Pengertian Resensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku, ulasan buku (yang dimuat dalam majalah). Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa Latin, dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik arti ‘melihat kembali’, ‘menimbang’ atau ‘menilai’, ‘mengulas sebuah buku’. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.
Resensi menurut Panuti Sudjiman (1984) adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku. Saryono (2010: 56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif- tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau fotokopi sampul buku. Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan masyarakat atau tidak (Keraf, 1993:274). Seorang membuat resensi berawal dari tujuan untuk membantu para pembaca dalam menentukan perlu tidaknya membaca sebuah buku tertentu atau perlu atau tidaknya menikmati suatu karya seni.
2. Dasar Resensi
Agar memberi pertimbangan atas penilaian secara objektif atas sebuah hasil karya atau buku, penulis harus memperhatikan dua faktor, yaitu 1) penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya. Tujuan pengarang buku yang dibuat resensinya itu dapt diketahui dari kata pengantar atau bagian pendahukuan buku itu. Tujuan pengarang harus diketahui betul oleh penulis resensi sebagai bahan yang cukup kuat untuk dapat menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. 2) penulis resensi harus paham betul apa tujuannya membuat resensi. Penulis harus menganalisa betapa pengetahuan pembaca mengenai pokok persoalan yang akan dibahas itu, bagaiman selera mereka, bagaimana tingkat pendidikan mereka dan sebagainya. Penulis resensi harus benar-benar tahu kewajiban yang harus dipenuhinya terhadap pembaca, dan bagaimana penilaiannya atas buku itu.
3. Sasaran-saran Resensi
Pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran penilaian sebuah buku atau karya, yaitu:
a. Latar Belakang
Penulis dapat memulai dengan mengemukakan tema dari karangan itu. Apa yang sebetulnya yang akan disampaikan pengarang melalui bukunya. Penyajian tema secara singkat dapat dilengkapi denagn deskripsi mengenai isi buku itu. Deskripsi mengenai buku itu tidak hanya menyangkut isinya, tetapi juga dapat menyangkut identitas buku, kapan dan di mana diterbitkan, berapa tebalnya, dan identitas pengarang buku.
b. Jenis buku
Pembaca mempunyai selera yang berbeda dalam pemilihan jenis buku sebagai bahan bacaan. Ada yang lebih suka cerita fiksi ada pula yang suka buku-buku ilmu pengetahaun. Meskipun terdapat perbedaan selera terhadap jenis buku yang dibaca. Namun, tetap ada persamaan umum pada pembaca, yaitu pembaca ingin mengetahui sesuatu jika ada sebuah buku baru diterbitkan. Pembaca ingin tahu buku itu seperti apa.
c. Keunggulan Buku
Berkenaan dengan keunggulan buku, diawali dengan mempersoalkan organisasinya.
Yang dimaksud dengan organisasi adalah kerangka buku itu, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Untuk menilai dari dekat sebuah buku penulis resensi melihat bagaimana isi buku. Seorang pengarang misalnya sangat cermat dalam menyampaikan detil-detil isi buku sedangkan pengarang-pengarang yang lain bisa agak sembrono dalam menyampaikan detil-detil isi buku, tetapi lebih cermat dalam memberikan sugesti-sugesti dan kesimpulan. Hal yang ketiga dari masalah keunggulan buku adalah masalah bahasa. Ada yang berpendapat bahwa yang penting itu isinya, bahasa menjadi tidak penting, tetapi bagaimana mungkin pembaca dapat memahami sesuatu kalau bahasa yang digunakan sullit dimengerti pembaca. Hal yang terakhir yang dapat dikemukakan oleh penulis resensi dalam memberikan penilaiannya adalah mengenai masalah teknik. Sebuah buku yang baik harus pula ditampilkan dalam wajah yang baik, maksudnya adalah segala sesuatu yang menyangkut perwajahannya (lay out), kebersihan, dan terlebih kagi pencetakan. Kesalahan dalam mencetak kata-kata atau menempatkan tanda baca akan sangat mengganggu para pembaca. Oleh karena itu salah satu aspek yang tidak kalah pentingnya adalah mencari catatan mengenai kesalahan-kesalahan pencetakan.
Seorang penulis resensi harus berusaha dengan tepat menunjukkan keunggulan buku itu dengan memberikan penilaian langsung, dengan memberi kutipan-kutipan yang tepat dan menunjukkan pertalian yang kompak antara bagian-bagiannya. Menilai sebuah buku bukan berarrti memberi saran kepada pembaca untuk menolak atau menerima kehadiran buku itu. Tugas pokok penulis resensi adalah memberi sugesti kepada para pembaca apakah sebuah buku patut dibaca atau tidak.
F. Menulis Artikel
1. Pengertian Artikel
Artikel adalah tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan kontroversial dengan tujuan untuk memberitahu (informatif), mempengaruhi dan meyakinkan (persuasuf argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca (Sumadiria, 2005: 2). Artikel disebut tulisan lepas karena siapa pun boleh menulis artikel dengan topik bebas sesuai dengan minat dan keahlian masing-masing. Dengan demikian, artikel pun dapat diartikan sebagai ruang opini terbuka atau peristiwwa aktual yang sedang menjadi sorota masyarakat dengan memperhatikan keragaman pandangan.
Adapun fungsi artikel yang di dalamnya berisi opini adalah untuk menjelaskan, menginterpretasikan atau memberi konteks kepada publik, menganalisis, memberikan alternatif solusi, dan memberi makna dari sebuah peristiwa yang sedang berlangsung. Berdasarkan fungsi tersebut maka untuk kualitas bahasa menjadi faktor yang sangat penting dalam penulisan artikel untuk menarik minat pembaca. Kondisi ini menuntut adanya pembedaan antara gaya penyampaian laporan ilmiah dan gaya penyampaian di surat kabar. Laporan ilmiah cenderung kaku dengan kalimat-kalimat yang panjang, sedangkan dalam artikel bahasanya harus lebih ringan, mudah dicerna dan menghindari penggunaan istilah yang sulit meskipun membahas masalah yang berat.
2. Jenis Artikel
a. Artikel Praktis
b. Artikel Ringan
c. Artikel Halaman Opini
d. Artikel Analisi Ahli
3. Karakteristik Artikel
Untuk memberikan pemahaman tentang artikel, ada beberapa karakteristik artikel, adalah sebagai berikut :
a. Ditulis dengan atas nama (by name story)
b. Mengandung gagasan aktual atau kontroversial
c. Gagasan yang diangkat menyangkut kepentingan sebagian besar khalayak pembaca
d. Ditulis secara referensial dengan visi intelektual
e. Orisinal
f. Singkat dan tuntas
g. Artikel disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, popular, dan komunikatif.
4. Tahap Penulisan Artikel
a. Prinsip atau dasar asumsi
b. Proses penulisan:
1) Persiapan menulis (prewriting)
2) Pelaksanaan menulis (writing)
3) Perbaikan atau penyuntingan tulisan (editing)
c. Menentukan topik
d. Menentukan judul:
1) Tulis yang dianggap paling menarik
2) Judul awal bukan hal yang final
3) Meminjam istilah yang sedang tren
4) Judul sebaiknya pendek
5) Sesuai isi
e. Paragraf pembuka artikel
1) Memulai dengan menampilkan data mengejutkan (surprise)
2) Langsung menyebut pokok persoalan
3) Petikan kitab suci
4) Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang sedang menjadi pusat perhatian masyarakat
5) Melukiskan latar belakang masalah
6) Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati atau masa lalu
f. Pengembangan paragraf artikel
Semua hal yang ingin diungkapkan pada paragraf ini. Artikel memuat opini serta solusi jadi tidak hanya berisi banyak kutipan sehingga mengaburkan opini Anda sendiri sebagai peulis artikel. Fungsi paragraf pengembangan ini untuk mempertajam analisis bahan.
g. Penutup artikel
Sumadiria (2005: 63), fungsi penutup adalah untuk menyatakan 1) kesimpulan, 2) mempertegas kredibilitas penulis, dan 3) menciptakan kesan mendalam terhadap khalayak pembaca.
G. Menulis Laporan
1. Pengertian Laporan
Laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Keraf, 1993:284). Karena laporan yang dimaksud sering mengambil bentuk tertulis maka dapat pula dikatakan bahwa laporan merupakan suatu jenis dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang tengah atau telah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang harus diambil.
2. Dasar-dasar Laporan
a. Orang yang memberi Laporan
b. Pemberi Laporan
c. Tujuan Laporan
Tujuan laporan biasanya berupa hal-hal berikut, yaitu untuk mengatasi suatu masalah, untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah, untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru dan sebagainya.
3. Jenis-jenis Laporan
a. Laporan berbentuk formulir isian
b. Laporan berbentuk surat
c. Laporan berbentu memorandum
d. Laporan perkembangan dan laporan keadaan
e. Laporan berkala
f. Laporan laboratoris
g. Laporan formal dan semiformal
Struktur Laporan Formal:
- Halaman Judul Halam Judul
- Surat Penyerahan Surat Penyerahan
- Daftar Isi Daftar Isi
- Ikhtisar atau Abstrak Ikhtisar atau Abstrak
- Pendahuluan Kesimpulan
- Isi Laporan Saran (Rekomendasi)
- Kesimpulan Pendahuluan
- Saran (Rekomendasi) Isi Laporan
- Apendiks Apendiks
- Bibliografi Bibliografi
H. Ringkasan
Morsey dalam Tarigan, menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis adalah kegiatan menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas melalui bahasa tulis. Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, penggunaan kata, dan struktur kalimat. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang garfik tersebut (Tarigan, 2008:21). Menurut Jauhari (2008) Proposal merupakan suatau bentuk pengajuan penawaran, baik berupa ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan, izin, persetujuan, dana, dan sebagainya.
Sistematika yang umum digunakan dalam menyusun proposal penelitian, yaitu
1. Latar Belakang
2. Identifikasi Masalah
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Kegunaan Penelitian
6. Tinjauan Pustaka
7. Kerangka Berpikir
8. Hipotesis
9. Metode dan Teknik Penelitian
10. Sistematika Penulisan
Makalah adalah karya ilmiah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (Nasucha, dkk., 2009: 68). Makalah disusun untuk memenuhi tugas-tugas matakuliah tertentu. Makalah merupakan bentuk karya ilmiah yang paling singkat denagn jumlah halaman 15-25 halaman. Makalah biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman sampul, daftar isi, dan daftar tabel atau daftar gambar. Bagian isi terdiri dari latar belakng masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, pembahasan, kesimpulan dan saran. Bagian akhir teriri dari daftar referensi dan lampiran.
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan masyarakat atau tidak (Keraf, 1993:274). Seorang membuat resensi berawal dari tujuan untuk membantu para pembaca dalam menentukan perlu tidaknya membaca sebuah buku tertentu atau perlu atau tidaknya menikmati suatu karya seni.
DAFTAR PUSTAKA
As. Haris. Sumadiria. 2005. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung
Jauhari, H. 2008. Terampil Mengarang dari Persiapan Hingga Presentasi, dari Karangan Ilmiah Hingga Sastra. Bandung: Nuansa Cendekia.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
-----------------. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah.
Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Sahabat Pena. ISBN 978-623-7440-11-6
Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
Nunan, David. 1995. Language Teaching Methodology. London: Phoenix ELT.
Romli, M., A. Syamsul. 2003. Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan. Bandung: Batic Press cetakan 1.
Saryono. 2010. Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Alfabeta.
Satata, Sri, Devi S, dan Dadi W. 2012. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Saussure, F.d. 1993. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan Cours de Linguistique Generale. Yogyakarta: UGM Press.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: PT Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Komentar
Posting Komentar