MEMBACA UNTUK MENULIS

 


MEMBACA UNTUK MENULIS

Pada waktu-waktu terakhir ini makin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktik bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa.

Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang berada di sekitar manusia: peristiwa-peristiwa, binatang-binatang, tumbuh-tumbuh, hasil cipta karya manusia dan sebagainya, mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing.

Mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota-anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Mungkin ada orang yang berkeberatan dengan mengatakan  bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka itu menunjukkan bahwa dua orang atau pihak dapat mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya, sejak lama telah dipergunakan untuk mengadakan komunikasi antara anggota masyarakat. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi sebagai disebut tadi mengandung banyak segi yang lemah.

Walaupun asap api, bunyi gendang, dan sebagainya dalam keadaan yang sangat  terbatas dapat digunakan untuk berkomunikasi, tetapi semuanya bukanlah bahasa. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri  haruslah merupakan simbol atau perlambang.

A. Pengertian Membaca

Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri. Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:

- Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.

- Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.

- Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

Kita haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.

Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang  tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang  bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).

Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.

Harimurti Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”. Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”. DP. Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”. Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.

Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.


B. Hakikat dan Proses Membaca

1.  Hakikat Membaca

Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pascaindustri, atau yang lazim disebut erasumber daya manusia, atau erasibermatika, seperti sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini.

Nalar manusia akan berkembang secara maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan baca-tulis. Dengan demikian kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya.

Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis, juga dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya.

Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang ditarik sebagai interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu, dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.

2. Membaca sebagai Proses

Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan. Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.

Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.

Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.


C. Jenis-Jenis Membaca

1.  Membaca berdasarkan Terdengar Tidaknya Suara Pembaca

Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca dalam hati (silent reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading).

Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain (pendengar).

Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional.

2.   Membaca berdasarkan Cakupan Bahan Bacaan

Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis besar membaca dapat kita golongkan menjadi dua: membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensif reading). Membaca ekstensif program membaca secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya dan tujuannya sekadar untuk memahami isi yang penting- penting saja dari bahan bacaan yang dibaca dengan menggunakan waktu secepat mungkin. Ada tiga jenis membaca, yakni membaca survei (survei reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (superficial reading).

Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis. Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistik study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca kritis (outical reading) dan membaca ide (reading for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literary reading).


D. Aspek-Aspek Membaca

Ada beberapa aspek membaca diantaranya:

1. Aspek sensori yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis Dalam membaca,   pembaca harus harus mampu menangkap sejumlah simbol tertulis yang dibaca dan menginterpretasikan simbol-simbol atau kata-kata yang dibaca,dan di harapkan mampu memahami simbol bahasa yang berupa huruf, kelompok huruf dan kata Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.

2. Aspek afektif atau aspek emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakan aspek kognitif dari minat di tampilkan dari sikap terhadap aktifitas yang diminati akan terbangun seperti aspek kognitif. aspek afektif dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung terhadap aktifitas yang diminati.seseorang yang memiliki minat membaca yang tinggi akibat dari kepuasan dan manfaat yang didapat maka seseorang tersebut akan sangat fokus terhadap aktifitas membacanya.

3. Aspek skemata salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan membaca adalah skemata. Secara umum, skemata dimaknai sebagai pengetahuan awal yang telah tersimpan dalam memori seseorang. Skemata merupakan struktur pengetahuan abstrak yang disimpan secara hirarkis dalam otak (Pratiwi, 2001).

4. Aspek perseptual Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut.

 

E. Tahap-Tahap dalam Kegiatan Membaca

Ada tiga langkah dalam kegiatan membaca, yaitu kegiatan pramembaca, kegiatan membaca, dan kegiatan pascamembaca.

1. Kegiatan Pramembaca

Disebut kegiatan pramembaca karena kegiatan ini dilaksanakan sebelum seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pramembaca adalah memberikan pengetahuan awal terkait dengan aspek-aspek bacaan yang hendak dipahami, melatih siswa mengetahui tujuan membaca, dan memberikan motivasi dan rasa percaya diri. Kegiatan pramembaca merupakan jembatan untuk mengaitkan beragam pengetahuan yang memiliki keterkaitan dengan isi bacaan.

Ada beragam variasi kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada mahasiswa.

2. Kegiatan Membaca

Kegiatan pada tahap membaca adalah salah satu tahap kegiatan penting dan utama dalam keseluruhan tahapan membaca. Seorang pembaca yang efektif dan efisien terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dia membaca. Setelah mengetahui tujuan membaca, seorang pembaca akan memilih strategi membaca yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. 

Teknik skimming sangat cocok digunakan untuk membaca cepat dan menemukan gagasan inti bacaan secara cepat. Sedangkan teknik membaca scanning sangat tepat digunakan untuk menemukan informasi tertentu secara cepat dalam teks yang dibaca.

3. Kegiatan Pascamembaca

Disebut kegiatan pascamembaca karena kegiatan ini dilaksanakan setelah seorang mahasiswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pascamembaca adalah untuk mengecek apakah apa yang dibaca telah dipahami dengan baik oleh siswa. Kegiatan setelah membaca ini dapat berupa tugas atau pertanyaan-pertanyaan terkait dengan teks yang dibaca. Ada beragam variasi kegiatan pascamembaca. Kegiatan pascamembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada mahasiswa.


F. Membaca Cepat

Membaca cepat adalah kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan membaca dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Seorang pembaca cepat yang baik tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai keadaan. Penerapan kemampuan membaca cepat disesuaikan dengan tujuan membaca, aspek bacaan yang akan digali, dan berat ringannya bacaan. Strategi membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detail.

Manfaat membaca cepat adalah sebagai berikut.

1. Untuk mencari informasi yang dibutuhkan dari sebuah bacaan secara cepat dan efektif

2. Menelusuri bahan/halaman buku dalam waktu yang singkat

3. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memerhatikan atau membaca     bagian yang tidak diperlukan.

Selanjutnya dua teknik dasar dalam membaca cepat yakni: (1) menangkap dan mengenali kata; (2) mempercepat gerakan mata. Dalam proses membaca, mata bertindak sebagai indra yang menangkap kata-kata dalam bahan bacaan. Kata-kata tersebut kemudian dikirim ke otak untuk dikenali sebagai sebuah kosa kata, kelompok kata, maupun pemahaman sebuah kalimat.

Ternyata otak manusia mampu memproses kata-kata dengan baik bahkan ketika urutannya dibolak-balik. Coba Anda simak teks berikut:

Kmaemuapn mbecmaa cpeat trkeiat eart dngean kmaemuapn mngelnaei ktaa. Mnuasia mngenelai breabgai ktaa lweat bkuu dan tlisaun ynag dbiacaayn. Ktaa-ktaa tbuesret dsimiapn dlaam mmorei oatk dan aakn dinalkei lbeih cpeat ktikea dtemuikan kmblaei pdaa baahn baacan ynag brau.

Sekarang bandingkan dengan teks aslinya.

Kemampuan membaca cepat terkait erat dengan kemampuan mengenali kata. Manusia mengenali berbagai kata lewat buku dan tulisan yang dibacanya. Kata-kata tersebut disimpan dalam memori otak dan akan dikenali lebih cepat ketika ditemukan kembali pada bahan bacaan yang baru.

Apa yang Anda rasakan ketika membaca kedua teks tadi? Kebanyakan orang tidak akan mengalami kesulitan berarti untuk membaca teks pertama. Mungkin kecepatannya akan lebih lambat karena teks tersebut dibolak-balik. Walaupun demikian teks tersebut masih cukup mudah dibaca dan dikenali sebagai kosa kata yang telah kita kenali sebelumnya.

Tulisan yang dibolak-balik tadi sekaligus menjadi bukti bahwa Anda mampu membacanya. Inilah prinsip yang akan kita gunakan dalam membaca cepat yakni mengenali kata demi kata dengan kecepatan tinggi sehingga Anda bisa terus berpindah ke kata berikutnya sambil membangun pemahaman dan konteks bahan bacaan.

Dalam membaca cepat kemampuan mengenali kata adalah dasar. Ketika Anda melihat sekumpulan huruf lewat mata dan mengirimkan ke otak, maka akan ada proses pengenalan terhadap kata-kata tersebut terlebih jika Anda pernah mengenal kosa kata tersebut sebelumnya. Itu mengapa orang yang rajin membaca memiliki kecepatan yang relatif lebih cepat dibandingkan orang yang jarang baca karena kekayaan kosa kata yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam teknik membaca cepat, kita akan melatih kecepatan mengenali berbagai kosa kata tersebut.

Berikut latihan yang dapat Anda lakukan. Coba lihat tulisan pada kolom pertama (paling kiri) kemudian temukan kata yang sama pada 4 kolom berikutnya. Lakukan proses ini dengan cepat dan sekali lirik. Semakin cepat dan akurat Anda mengenalinya berarti semakin cepat pula kemampuan asosiasi Anda terhadap kata-kata tersebut.

 

a.  Latihan mengenali kata

            


Lakukan latihan tersebut dengan cepat. Rasakan mata Anda berpindah cepat dari kolom acuan ke kolom yang harus ditemukan.


b. Latihan mengenali kelompok kata

Latihan kedua adalah mengenali kelompok kata (frasa). Anda telah mengenal kata-kata ini sebelumnya. Sama seperti latihan sebelumnya, lakukan dengan cepat untuk menemukan frasa yang sama pada kolom pertama di ketiga kolom lainnya.



Latihlah kedua hal di atas sampai Anda dapat mengenali dengan cepat sebuah kata dan kelompok kata (frasa). Dengan demikian, ketika proses membaca cepat dilakukan, pengenalan kata tidak tertinggal. Ibarat seorang pembalap, meskipun berkendara dengan kecepatan tinggi, Anda tetap awas atas apa-apa yang ada di depan, kiri, dan kanan.


c. Mempercepat Gerakan Mata

Setelah Anda melatih kecepatan mengenali kata dengan akurat, sekarang kita akan mulai berlatih mempercepat gerakan mata. Dalam proses membaca seseorang melakukannya dengan menangkap kata per kata atau bahkan suku kata per suku kata.

Perhatikan contoh berikut. Inilah yang biasanya dilakukan banyak orang ketika membaca.


 

Tidak hanya itu kadangkala proses membaca bisa menjadi jauh lebih lambat jika ada proses mengeja per suku kata. Ini yang biasanya dilakukan ketika seorang anak mulai belajar membaca.



Dalam membaca cepat kita akan melatih menangkap dua, tiga, empat atau bahkan lima kata sekaligus sehingga mempercepat proses pembacaan.



G. Kecepatan Efektif Membaca (KEM)

Kemampuan membaca dengan cepat dan memahami isi bacaan biasa disebut dengan Kecepatan Efektif Membaca (KEM). Dengan demikian, ada dua aspek yang diperhatikan dalam kecepatan efektif  membaca, yaitu kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan.

Seperti telah dijelaskan di muka, KEM itu merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan kemampuan memahami isi bacaan. Kecepatan rata-rata baca merupakan cermin dari tolok ukur kemampuan visual, yakni kemampuan gerak motoris mata dalam melihat lambang-lambang grafis. Pemahaman isi bacaan merupakan cermin dari kemampuan kognisi, yakni kemampuan berpikir dan bernalar dalam mencerna masukan grafis yang diterimanya lewat indera mata.

Untuk menentukan KEM seseorang, diperlukan data mengenai rata-rata kecepatan bacanya dan persentase pemahaman isi bacaan. Data mengenai rata-rata kecepatan baca dapat diketahui apabila jumlah kata yang dibaca dan waktu tempuh bacanya diketahui. Cara menghitung rata-rata kecepatan baca adalah dengan cara membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca. Sebagai contoh, jika seseorang dapat membaca sebanyak 2500 perkataan dalam waktu 5 menit, artinya kecepatan rata-rata baca pembaca tersebut adalah 500 kpm (2500 : 5 = 500).

Sementara itu, untuk memperoleh data tentang persentase pemahaman isi bacaan yang objektif (bukan perkiraan), tentu diperlukan suatu alat untuk mengukurnya. Alat tersebut berupa tes. Untuk menentukan persentase pemahaman seseorang terhadap bahan bacaan yang dibacanya ialah dengan cara membagi skor bobot tes pemahaman isi bacaan yang dapat dijawab pembaca dengan benar dengan bobot/skor ideal kemudian diperkalikan dengan 100 (persen). Misalnya, jika seseorang dapat menjawab dengan benar  tes pemahaman isi bacaan sebanyak 32 dari skor ideal 50, maka persentase pemahaman isi bacaan pembaca yang bersangkutan adalah 64% (32/50 X 100% = 64%).

Berpedoman kepada pengertian KEM, yakni perpaduan antara kemampuan visual dan kemampuan kognisi, maka contoh-contoh penghitungan KEM untuk data di atas dapat ditentukan KEM-nya. Dari hasil penghitungan rata-rata kecepatan baca diperoleh data 500 kpm; dari hasil penghitungan persentase pemahaman isi bacaan diperoleh data 64%. Maka penghitungan KEM-nya adalah 500 X 64% = 320 kpm. Angka terakhir ini (320 kpm) merupakan kecepatan efektif membaca yang sudah menyertakan pengukuran dua unsur penyokong kegiatan baca, yakni kemampuan gerak mata dalam melihat lambang-lambang cetak dan kemampuan memahami isi bacaan. Sementara angka 500 kpm itu merupakan kemampuan kecepatan rata-rata baca yang belum menyertakan unsur pemahaman isi bacaan.

Pengukuran kecepatan efektif membaca dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut.

(1) Mengukur Kecepatan Membaca (KM) dengan cara menghitung yang terbaca tiap  

menit

(2) Mengukur Pemahaman Isi bacaan (PI) secara keseluruhan dengan cara menghitung presentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban ideal dari pertanyaan-pertanyaan tes pemahaman bacaan

            (3) Mengukur KEM dengan mengintegrasikan KM dan PI

Keterangan:

KB = Jumlah kata dalam bacaan                                

Sm : 60 = Jumlah waktu membaca

PI = Presentase pemahaman isi bacaan


1. Menguji Kemampuan Efektif  Membaca  

Apakah Anda termasuk kategori orang yang memiliki kemampuan membaca secara efisien? Atau seberapa efektifkah Anda membaca? Juga seberapa banyak waktu yang Anda perlukan untuk membaca?

Untuk mengetahui seberapa cepat, efektif dan efisien cara Anda membaca, Anda bisa melakukan pengujian terhadap kemampuan Anda tersebut. Caranya sangat sederhana seperti yang diuraikan dalam tulisan ini. Namun agar pengujian berjalan dan memberikan hasil yang efektif, ada baiknya Anda meminta bantuan seorang teman untuk menjadi pengawas pengujian kemampuan Anda membaca, meskipun tes ini bisa Anda lakukan sendiri.

Menguji kemampuan membaca ini, biasanya diberikan bagi mereka yang akan melakukan atau mempelajari teknik membaca cepat (speed reading). Ini dilakukan sebagai titik awal untuk melihat tingkat kemajuan yang diperoleh setelah melakukan atau mempraktekkan teknik membaca cepat. Dan pola yang sama, juga bisa Anda lakukan untuk melihat seberapa efektif Anda membaca. Pengujian ini menitikberatkan pada pengukuran kecepatan Anda membaca kata dalam setiap menit dan kemampuan Anda memahami artinya sekaligus.

Teknik pengujian ini sederhana sekali. Anda hanya perlu menyediakan pengukur waktu (stopwatch, jam tangan atau jam meja), buku yang belum pernah Anda baca sebelumnya sebagai materi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan Anda membaca dan menyerap informasi yang Anda baca dalam periode waktu tertentu. Umumnya setiap halaman buku yang berukuran setengah kuarto (105 x 148,5 mm) berisi sekitar 297 kata (setiap barisnya berisi sekitar 8 sampai 9 kata dan setiap halaman berisi sekitar 33 baris). Sementara periode waktu membaca yang diberikan untuk setiap pengujian, paling lama hanya 60 detik. Pada tahap pengujian berikutnya, periode waktu ini harus makin dikurangi. 

Sebelum memulai pengujian, buatlah lebih dulu tabel terdiri dari empat kolom (waktu, jumlah kata, persentase pemahaman isi, keterangan yang menjelaskan kualitas membaca Anda) yang untuk ruang mencatat rekor Anda membaca sebagai berikut:

        Pengujian 1

Tetapkan satu halaman buku yang akan digunakan untuk menguji kecepatan Anda membaca. Tekan tombol pengukur waktu, lalu mulailah Anda membaca dengan cara sebagaimana Anda biasa melakukannya. Lalu hentikan membaca bersamaan dengan habisnya waktu (60 detik). Tandai kata dimana Anda selesai membaca pada saat waktu habis.

Minta teman Anda yang mengawasi pengujian untuk menghitung jumlah kata yang telah Anda baca dalam waktu 60 detik. Lalu minta dia menguji kemampuan Anda menangkap isi tulisan yang Anda baca dengan cara membandingkan cerita Anda dan mencocokannya dengan isi tulisan, seberapa persenkah Anda mampu menyerap arti atau pesan yang disampaikan dalam tulisan yang Anda baca. Catat semua hasil itu pada tabel yang sudah disiapkan.

 

        Pengujian 2

Buka halaman lain dan ulangi proses pengujian pertama dengan cara membaca secepat mungkin yang Anda bisa lakukan dalam waktu 60 detik. Jika waktu habis, tandai dimana Anda berhenti membaca dan hitung kembali jumlah kata yang dapat Anda baca dengan kecepatan maksimal.

Seperti pada proses pengujian pertama, Anda harus menceritakan kembali isi tulisan yang Anda baca dan minta teman Anda mencocokkan dengan isi tulisan. Lihat dan bandingkan, adakah perbedaan signifikan antara kecepatan membaca Anda dengan kemampuan menangkap isi tulisan antara pengujian pertama dengan pengujian kedua.

Pada pengujian pertama, mungkin akan nilai pemahaman Anda terhadap isi tulisan yang Anda baca jauh lebih baik ketimbang pada pengujian kedua. Tapi jumlah kata yang bisa Anda baca di pengujian kedua, tentu akan lebih banyak ketimbang di pengujian pertama.

Sebagai pembanding Anda bisa melihat tabel dibawah ini yang menjelaskan perbandingan antara kecepatan membaca dan kemampuan menyerap isi bacaan berikut penilaian kemampuan membaca.


Jumlah kata /menit

Pemahaman isi

Profil Pembaca

110 kata/menit

50 persen

Kemampuan kurang

240 kata/menit

60 persen

Kemampuan rata-rata

400 kata/menit

80 persen

Kemampuan baik

1000 kata/menit

85 persen

Sempurna

Untuk meningkatkan kemampuan membaca secara cepat dan efektif, seperti yang dikategorikan dalam tabel, bisa dilakukan bila Anda mencoba mempraktikkan teknik membaca cepat. Pilih salah satu, atau jika Anda mau, bisa Anda mencoba mempraktikkan semua teknik membaca cepat yang ditawarkan. Kemudian cobalah uji hasil kecepatan membaca Anda (seperti prosedur pengujian di atas) setiapkali Anda selesai mencoba mempraktikkan teknik membaca cepat yang Anda pilih. Selamat mencoba. 


 

Cara membacanya adalah paksakan mata Anda mengikuti kelompok yang dibuat oleh garis tadi. Dengan demikian, ketika pada baris pertama, Anda akan membaca kata “fenomena pria” sekaligus pada kolom pertama, kata “metroseksual yang kini” pada kolom kedua, kata “melanda seluruh dunia” pada kolom ketiga, dan kata “termasuk di kota-kota” pada kolom keempat. Lakukan hal yang sama pada baris-baris berikutnya.

Dengan cara ini, Anda akan memaksa mata melihat kelompok kata sesuai lebar garis yang Anda tentukan. Lakukan pergerakan tersebut dengan berirama sampai Anda terbiasa dengan pola 4 kali melihat dalam satu baris. Selanjutnya jika Anda sudah merasa mantap, jangkauan bisa diperlebar dengan melihat 3 kali dalam satu baris. Lakukan terus menerus sampai Anda dapat membaca dengan pola seperti itu tanpa perlu dibantu garis.

Sampai nantinya Anda bisa melakukannya dalam 2 kali lihat per baris atau bahkan beberapa orang bisa membacanya cukup 1 kali lihat perbaris. Cukup menantang bukan?

Semakin Anda konsisten melakukan latihan tersebut, maka secara bertahap Anda juga telah melatih otot-otot mata untuk bergerak dengan cepat dan teratur. Hal ini secara perlahan akan meningkatkan kecepatan baca sampai Anda menemukan kecepatan yang dirasakan pas.

 


                                                                TUGAS MANDIRI

A. Esai

1. Coba Anda jelaskan bagaimana hubungan membaca terhadap menulis. Berikan contoh implementasi membaca menjadi sebuah bentuk tulisan ilmiah!

2. Berikan tanggapan Anda, mengapa membaca dan menulis disebut merupakan kegiatan yang kompleks. 


B. Pilih Benar atau Salah (True or False)

1. Bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota-anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. 

2. Asap api, bunyi gendang, sirene, dan sebagainya, dalam keadaan yang sangat  terbatas dapat digunakan sebagai alat pemberitahuan, karena merupakan alat komunikasi bahasa. 

3. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.

4. Pembacaan sandi (decoding process).merupakan membaca penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk lisan.

5. Membaca ekstensif adalah program membaca secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya. Tujuannya sekadar untuk memahami isi yang penting-penting saja dari bahan bacaan yang dibaca dengan menggunakan waktu secepat mungkin. 

6. Secara garis besar membaca ekstensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistik study reading).

7. Fungsi utama kegiatan pramembaca adalah memberikan pengetahuan awal terkait dengan aspek-aspek bacaan yang hendak dipahami, melatih siswa mengetahui tujuan membaca, dan memberikan motivasi dan rasa percaya diri.

8. Pada dasarnya, menulis satu paket dengan membaca. Siapa yang mau jadi penulis, maka dia tidak boleh malas membaca. Seorang pembaca belum tentu seorang penulis, tapi seorang penulis seharusnya adalah seorang pembaca juga. Untuk menhjadi penulis, baiknya diimbangi dengan semangat membaca.

9. Jika seseorang berhasil menyelesaikan 10 halaman bacaan yang per halamannya memuat 150 kata dalam tempo 3 menit dengan pemahaman 70%, artinya pembaca tersebut memiliki KEM 450 kpm. 

10. Jika sebuah perguruan tinggi swasta menerima lulusan SLTA dengan kecepatan membaca 275 kpm (kata per menit) dengan pemahaman terhadap bacaannya 70%. maka kemampuan membaca minimum lulusan SLTA tersebut adalah 192,5 kpm.

 


                                             DAFTAR PUSTAKA

Alex dan Ahmad HP. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Predana                 Media Group.

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Lubis, Winaria dan Dadi Waras Suhardjono. 2019. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:         Sahabat Pena. ISBN 978-623-7440-11-6

Satata, Sri, Devi S, dan Dadi W. 2012. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.             Jakarta: Mitra Wacana Media.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung Angkasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA

RAGAM DAN LARAS BAHASA INDONESIA

TATA TULIS RAGAM ILMIAH